Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny atau dikenal sebagai Pesantren Buduran, yang berlokasi di Desa Buduran, Sidoarjo, merupakan salah satu pesantren tertua di Jatim. Ponpes ini didirikan secara resmi pada tahun 1927 oleh KH Raden Khozin Khoiruddin. Salah satu bangunan yang berada di pondok pesantren ini runtuh pada Senin, 29 September 2025 lalu. Runtuhnya bangunan ini terjadi pada sekitar pukul 15.00 WIB dan saat sedang dilaksanakan sholat ashar berjamaah. Pengakuan salah satu santri yang berhasil menyelamatkan diri, bahwa para santri yang melaksanakan sholat berjamaah di gedung tersebut berjumlah lebih dari 100 orang.
Bangunan asrama putra yang runtuh masih dalam tahap renovasi. Bangunan ini direncanakan memiliki tiga lantai dengan atap berupa cor semen, bukan genteng (rooftop). Progres renovasi ini telah berjalan selama hampir 9 bulan. Sementara itu, lantai dua telah difungsikan sebagai mushola. Sebelum kejadian sedang dilakukan pengecoran terakhir di rooftop yang selesai dilaksanakan pada pukul 12.00 WIB.
Pakar teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Yudha Lesmana, mengatakan bahwa "Kalau sesuai umur, perhitungan benar, dan bahan sesuai, sebenarnya tidak ada masalah gedung itu digunakan meskipun masih ada proses pengecoran. Problemnya, banyak pembangunan tidak sesuai engineering structure,". Beliau menambahkan, banyak bangunan rendah di Indonesia dibangun tanpa standar rekayasa struktur yang memadai, berbeda dengan bangunan tinggi yang perhitungannya lebih detail dan ketat. banyak kasus bangunan dikerjakan tanpa hitungan teknis yang matang dan hanya mengandalkan pengalaman tukang atau kontraktor.
Dugaan penyebab runtuhnya bangunan
- Bangunan masih dalam tahap renovasi, sehingga strukturnya tidak stabil;
- Tiang pondasi tidak mampu menahan beban pengecoran melebihi kapasitas seharusnya;
- Potensi usia pengecoran belum matang, beton masih lemah karena belum matang tapi sudah ditambah beban baru.
Saat ini, sedang dilakukan evakuasi serta pendataan korban runtuhnya bangunan asrama putra Ponpes Al Khoziny ini, yang dibagi dalam tiga klaster, yaitu santri, pengurus pesantren, dan pekerja konstruksi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memaparkan, total jumlah korban ada sebanyak 167 orang. Dari total 167 korban, sebanyak 104 orang ditemukan dalam kondisi selamat, sebanyak 40 jenazah telah berhasil dievakuasi, dan sekitar 20 orang belum ditemukan. Dari 40 jenazah yang sudah dievakuasi, 8 jenazah sudah diidentifikasi dan 32 jenazah belum dapat diidentifikasi. Data ini bersifat dinamis dan berpotensi akan terjadi perubahan, terutama jumlah korban meninggal menyusul pencarian yang masih berlangsung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI