Mohon tunggu...
Agung Pratama
Agung Pratama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Pegiat isu sosial, politik, gender, dan media. netizen barbar tapi kritis.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cari Uang dengan Bisnis Viral

1 Februari 2020   21:31 Diperbarui: 3 Februari 2020   10:45 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi konten viral. (sumber: shutterstock)

"Menjadi seorang Influencer adalah sebuah pekerjaan yang menjanjikan di era serba internet, tidak perlu modal tenaga yang ekstra, melainkan kreatifitas!" 

Gempar gempur kerajaan fiktif masih terngiang di ingatan para warganet, sehingga publik beropini "mengapa media bersedia memberi ruang eksis bagi orang-orang gila?". Belum usai tren Keraton Agung Sejagat, sudah ada Sunda Empire yang ikut-ikutan meramaikan aksi halu untuk mencari perhatian publik. 

Menjadi netizen bagi warga Indonesia termasuk sebuah pekerjaan yang berat, karena harus bersabar melihat keanehan-keanehan yang dipopulerkan kapan saja. Gimik menjadi budaya populer karena masyarakat kita yang menaruh simpati dan empati kepada sesuatu yang tidak punya urgensi.

Tidak bisa kita tepis kenyataan seperti ini karena memang media online diciptakan untuk hal-hal seperti itu, media online adalah taman bermain setiap orang-orang tanpa batasan usia, tapi meski demikian batasan-batasan norma di kehidupan nyata juga bisa sepenuhnya kita terapkan di media online.

Contoh nyatanya adalah ada sekelompok orang yang menjadi Social Justice Warrior (SJW) ketika ada postingan/komentar tajam yang tidak layak dilontarkan, namun sayang dengan banyaknya SJW, ada banyak pulo warganet yang gemar membuat onar sehingga terjadilah perbenturan ideologi.

"Perbenturan Ideologi" adalah istilah halus dari keributan yang kerap terjadi di media online, "si biang onar" sengaja membuat keributan untuk memancing massa agar beradu komentar atau bahkan rela memperlihatkan kebodohannya hanya untuk sebuah popularitas negatif. 

Orang-orang yang menjadi sorotan dan bahan bully memanfaatkan popularitas dengan terus-menerus melangsungkan popularitas negatifnya hingga mendapatkan begitu banyak viewer dan Follower sampai-sampai aksi viralnya ini dimanfaatkan untuk jasa Endorsement sehingga menafkahi "si biang onar".

Nah, penghasilan setelah mendapat label viral cukup menjanjikan bagi "si biang onar", tren viral kerap menjadi panutan bagi anak-anak di bawah umur sehingga muncul motivasi untuk menjadi viral supaya menjadi sukses. 

Cukup banyak influencer tanah air yang mendapatkan popularitas dengan jalan viral seperti ini, meski banyak pula influencer yang bener-benar memiliki 'talent' dan nilai jual sehingga layak menyandang label populer. 

Menjadi seorang Influencer adalah sebuah pekerjaan yang menjanjikan di era serba internet, tidak perlu modal tenaga yang ekstra, melainkan kreatifitas tanpa batas.

Aksi perundungan adalah hal yang paling dekat dengan popularitas negatif, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang memiliki warganet yang menyeramkan apabila mereka memiliki sesuatu yang dapat dijadikan bahan olok-olokan, sehingga kasus bunuh diri karena perundungan di media online sudah kita dengar di penghujung 2019 lalu seperti yang terjadi kepada kedua artis K-POP Sulli dan Go Hara. 

Popularitas negatif sangat dihindari oleh orang-orang di beberapa wilayah, sedangkan warganet Indonesia dengan segala keragamannya, apa saja dilakukan demi popularitas, sekalipun itu negatif.

Internet adalah platform yang tidak bisa kita paksa untuk memiliki batasan-batasan, maka yang layak memberikan batasan kepada kita semua adalah diri kita sendiri. 

Menjadi warganet yang bijaksana adalah suatu jalan besar untuk menyingkirkan budaya popularitas negatif, memudarkan intuisi untuk mempopulerkan orang-orang bodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun