Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 3 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 3 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung “Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi merawat jiwa dan meninggalkan jejak makna.”

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Rajin Tanda Tangan, Jago Komedi, Malas Baca: Potret Pejabat Kita?

27 September 2025   20:01 Diperbarui: 27 September 2025   18:14 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pejabat yang malas membaca akan melahirkan kebijakan penuh tanda tangan, minim pemahaman.|Image: AFM

"Bangsa yang dipimpin oleh pejabat pembaca adalah bangsa yang kebijakannya berdiri di atas pengetahuan, bukan sekadar tepuk tangan."

Beberapa kali saya menonton tayangan di KompasTV, saya suka tertawa sendiri saat ada komedian bercuap-cuap di panggung stand-up. Ia mengeluarkan punchline, saya (dan juga penonton di studio) pun tertawa, lalu sadar: "Eh, kok ini mirip pejabat kita ya?" Bedanya, kalau komedian melawak di panggung, efeknya sebatas tawa. Kalau pejabat melawak lewat kebijakan, efeknya bisa seumur hidup dirasakan rakyat.

Kita punya pejabat yang superrajin menandatangani dokumen. Tangannya gesit, stempelnya lincah, pena mengalir seperti air terjun. Masalahnya, kecepatan tangan itu sering tak seimbang dengan kecepatan matanya membaca isi berkas. Hasilnya? Rakyat kadang jadi penonton komedi situasi yang tidak pernah mereka pesan.

Saat dengar pendapat dengan DPR pun, ada pejabat yang membela diri bahwa kebijakannya adalah amanat undang-undang dan sesuai peraturan yang berlaku. Namun saat ditanya balik dasar aturan yang dirujuk, sang pejabat hanya bilang: "Pokoknya, ini sesuai aturan". Wah!

Stand-up Comedy of Policy

Coba sekarang bayangkan ama kita:
* Dokter yang malas baca resep pasien, tapi suka improvisasi.
* Pilot yang malas baca manual pesawat, lalu bilang ke penumpang: "Santai aja ya, saya kan jago feeling."
* Sopir taksi yang malas buka peta, akhirnya mengantar penumpang muter-muter kota, tapi tetap minta bayar ongkos penuh.

Lucu? Iya. Absurd? Banget. Bedanya, ketika dokter, pilot, atau sopir melakukan itu, kita pasti protes. Tapi ketika pejabat melakukan hal serupa dengan kebijakan, kok kita sering diam saja?

Contoh Nyata: Lawakan Pejabat

Pernah ada pejabat yang dengan penuh percaya diri salah mengutip pasal dalam Undang-Undang, padahal pasalnya tidak pernah ada! Publik tersenyum miris: mungkin beliau hanya membaca ringkasan, bukan naskah asli.

Ada juga pejabat yang berapi-api memberi keterangan soal harga bahan pokok, tapi datanya jauh dari kondisi nyata di pasar. Kalimat serius itu terdengar seperti punchline komedi: rakyat tertawa getir sambil berpikir, "Beliau belanja di planet mana, ya?". Netizen yang lain menimpali, "Mohon maaf, apa Bapak sehat?".

Kisah nyata yang saya temui sendiri ini juga agak gimana gitu:

"Saya sendiri kaget, ada kepala sekolah bergelar S3 yang mengeluh dan jujur, 'Saya malas Mas, kalau baca-baca artikel panjang itu'. Padahal artikel itu penting, stratejik, dan kurang dari 1500 kata, lengkap dengan hasil fakta, hasil riset, trend, peta risiko, dan solusinya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun