Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kilau Dunia Vs Kedamaian Hati: Mengapa Kita Terlena?

3 Mei 2024   09:28 Diperbarui: 3 Mei 2024   09:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedamaian hati ada saat dunia ada di tangan, bukan di hati. | Image: euronews.com

"Tinggalkan gemerlap dunia yang hanya memperdaya, temukanlah kedamaian sejati dalam rindu kepada kebenaran yang hakiki."

Sebuah pandangan mengherankan terhampar di hadapan kita, di tengah gemerlap dunia yang semakin mencengkeram. Banyak yang mengeluhkan kehancuran negeri, kebejatan para pemimpin, penguasaan asing, dan kerusakan sistem yang mendera. Mereka menyesali jungkir baliknya etik, minimnya adab, kurangnya ilmu, serta keterbatasan rezeki juga orang-orang baik dan berani.

Sungguh, masa yang suram, yang terasa kian menghimpit. Ancaman inflasi dan harga-harga yang melambung tinggi, memenuhi daftar keluhan kita.

Namun, betapa mengherankan bahwa di balik semua itu, seolah tak seorang pun yang meratapi perihnya terasingnya agama dari hati manusia ini. Tidak terdengar isak tangis atas sunnah Nabi yang meredup, terlupakan dalam keheningan. Di mana gerangan rindu kepada kebenaran yang terlupakan, dan gelisik nurani untuk menghidupkan hati?

Di tengah gemerlap dunia yang melalaikan, mungkinkah kita terlena dan terbuai?

Lebih mengherankan lagi, kita tidak melihat duka cita atas merebaknya bid'ah yang membingungkan dan mengaburkan jalan yang lurus. Ke mana gerangan mengalirkan air mata kita, ketika para pencinta ilmu dan orang-orang saleh dilupakan, dibiarkan layu dalam kepedihan? Dan bagaimana mungkin kita tidak bersedih atas sikap pelit dan perhitungan yang menghalangi sedekah dan berbagi?

Apakah kita telah melupakan bahwa akhirat menanti di ujung perjalanan ini, dan ajal semakin mendekat? Betapa menyesakkan hati, ketika kesempitan dalam beramal tidak membangunkan kita dari tidur panjang keinginan duniawi yang menggoda.

Penyebabnya bukanlah lain kecuali lemahnya iman, dan matinya hati. Kesibukan dengan harta, tahta, dan dunia telah membutakan mata hati kita. Kilauan dunia yang mengagumkan, dan keagungan yang bersinar, telah menjauhkan kita dari esensi yang sejati.

Sungguh, inilah yang patut kita renungkan.

Dalam deru dunia yang membelenggu, jangan biarkan hati kita melupakan panggilan yang suci dan rindu yang sejati. Mari, tinggalkan keluh kesah yang hampa, dan bangkitlah dengan cahaya iman. Kembalilah kepada kebenaran yang hakiki, sebelum malam memadamkan mentari di ufuk yang telah terlambat. Sungguh, hari perhitungan dan kehidupan negeri akhirat itu kian mendekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun