Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Membangkitkan Rasa Malu: Fondasi Integritas dan Etika dalam Reformasi Birokrasi

9 November 2023   06:59 Diperbarui: 9 November 2023   06:59 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reformasi Birokrasi bisa dimulai dari integritas | Foto: edwardmungai.com

"Membangkitkan rasa malu adalah kunci yang menguatkan integritas dalam reformasi birokrasi, sementara mengembalikan wibawa melalui peningkatan rasa dan budaya malu di kalangan pejabat dan birokrat merupakan panggilan mendalam untuk menjalankan reformasi birokrasi dengan sepenuh hati."

Kasus kontroversial yang melibatkan Hakim Ketua dan Majelis Hakim di Mahkamah Konstitusi telah mengejutkan dan menarik perhatian masyarakat dan media. Keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh lembaga ini memiliki dampak yang sangat besar pada stabilitas politik dan hukum negara. Namun, selama beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan keputusan-keputusan yang memicu kontroversi dan keraguan terhadap integritas lembaga tersebut. Pertanyaan muncul: Apakah lembaga ini masih memegang teguh rasa malu dan budaya malu sebagai prinsip dasar dalam menjalankan tugasnya?

Budaya rasa malu dalam konteks birokrasi dan lembaga pemerintahan menjadi semakin penting dalam menjaga wibawa dan kredibilitas. Hilangnya rasa malu di antara pejabat dan birokrat dapat menyebabkan penurunan integritas, transparansi, dan akuntabilitas, yang pada gilirannya dapat mengganggu kepercayaan masyarakat dan menghambat perkembangan yang berkelanjutan. Kasus di Mahkamah Konstitusi hanya mencerminkan isu yang lebih luas tentang hilangnya rasa malu dalam sektor publik.

Rasa malu dan budaya malu dalam "shame culture," dalam konteks Good Corporate Governance (GCG) di lembaga-lembaga pemerintahan, rasanya sangat penting untuk kembali dihidupkan dan dikampanyekan. Sungguh, kasus Mahkamah Konstitusi ini, telah mempertontonkan secara telanjang bahwa rasa malu dan budaya malu itu sudah parah dan berdampak destruktif. Karena itu diperlukan tindakan serius untuk mengembalikan wibawa dan memastikan kinerja lembaga-lembaga pemerintah dan negara telah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka.

Budaya Rasa Malu dalam "Shame Culture"

Budaya rasa malu adalah sistem nilai sosial di mana orang merasa malu ketika melanggar aturan etika dan moral. Dalam budaya ini, norma-norma sosial menggambarkan perilaku yang diterima, dan pelanggarannya dapat menimbulkan perasaan malu.

Kunci dalam budaya rasa malu adalah pengawasan masyarakat dan kontrol sosial. Masyarakat memiliki peran penting dalam mengontrol perilaku individu, mendorong agar norma-norma dijaga. Budaya ini sangat menjunjung citra dan reputasi. Hilangnya reputasi yang baik dapat mengakibatkan rasa malu, sehingga menjaga reputasi adalah prioritas.

Selain itu, budaya rasa malu mendorong harmoni dalam kelompok dan menekankan pentingnya menjaga norma etika dan moral. Hukuman sosial digunakan untuk mendidik pelanggar norma sosial.

Memahami budaya rasa malu penting, terutama dalam menjaga integritas dan akuntabilitas di kalangan pejabat dan birokrat. Pemahaman ini membantu mengevaluasi perubahan budaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pemerintahan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasa Malu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun