Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Insan Pembelajar

Agung MSG adalah seorang trainer dan coach berpengalaman di bidang Personal Development dan Operasional Management, serta penulis buku: Be A Rich Man (Pustaka Hidayah, 2004), Retail Risk Management in Detail (IMan, 2010), dan The Prophet Natural Curative Secret – Divinely, Scientifically and Naturally Tested and Proven (Nas Media Pustaka, 2022). Aktif mengajar di Komunitas E-Flock Indonesia di 93 kota di 22 provinsi di Indonesia, serta memberikan pelatihan online di Arab Saudi, Ghana, Kamboja, Qatar, dan Thailand. Agung juga dikenal sebagai penulis lepas di berbagai majalah internal perusahaan, blogger di Medium.com, dan penulis aktif di Kompasiana.com. Dengan pengalaman memberikan pelatihan di berbagai asosiasi bisnis, kementerian, universitas, sekolah, hingga perusahaan publik di 62 kota di Indonesia, Agung MSG mengusung filosofi hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain email: agungmsg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bos Itu Takdir. Awas, Jangan Nyinyir !

26 Oktober 2022   10:11 Diperbarui: 26 Oktober 2022   10:41 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : sueddeutsche.de

Saat kita punya bos, maka bos itu bisa jadi takdir kita. Kita tak kuasa untuk dapat memilih bos. Kita tak juga bisa memutar ruang-waktu untuk merubah sedemikian rupa, agar kita mendapat tipikal dan sosok seorang bos yang kita inginkan. Tapi kita punya kuasa untuk memilih sikap terbaik kita kepada bos. 

Seperti halnya anak buah yang banyak tipikalnya, maka bos pun demikian. Ada beragam tipe bos. Ada yang blagu bergaya bos dan petantang-petengteng arogan. Ada bos yang ambil jarak dan hobi ngasih intruksi ini dan itu. Juga ada bos yang baik hati, ingin selalu populer, selain tipikal bos masa depan, bos yang bertipikal spion, dan juga ada bos pembelajar. Banyak macamnya.

Bila bos kita pintar, maka kita seneng dan akan balap dengannya. Kita jadi terbawa semangat, tambah pintar, dan tertantang untuk belajar cepat dengannya. Tak jarang, ia pun memberikan wewenang penuh kepada kita. Terserah kita mau apa, selama kita yakin, ada anggarannya, ya ekseskusi langsung aja. Meskipun demikian, ia juga selalu membuka pintu kantornya secara terbuka. Bila ragu, perlu pertimbangan lain, silakan didiskusikan. Bila clear, jelas, merasa mantap, putuskan dan laksanakan saja semuanya.

Namun, lain halnya bila kita punya bos yang kurang cerdas tapi sok cerdas, ini yang repot. Ia selalu saja tak mau kalah, namun saat membahas di tataran aplikasi dan teknis, dia manut aja gimana kita. Baginya, senioritas adalah segalanya. Ia ingin ceritanya didengar, meski kadang cerita itu selalu adalah cerita masa lalu yang diulang-ulang. Orang bilang, itu mental spion. Selalu melihat kejayaan masa lalu yang belum tentu pas dan tepat untuk diaplikasikan di jaman sekarang.

Di kasus yang lain, ada juga bos yang tak cerdas, namun punya sikap yang bijaksana dan terbuka. Ini baru enakeun namanya. Ia akan banyak memfasilitasi kita. Ia senang, kalau hal-hal baru bagi dirinya informasinya di-update. Inilah bos pembelajar. Baginya informasi, konsep, management tools, dan informasi baru adalah dunia yang penuh petualangan. Katanya, harus diuji dan dikalibrasi ulang. Apakah pas dan tepat kita pakai itu seluruhnya atau sebagian. Berhubungan dengan bos semacam ini tentu serasa punya teman belajar terus menerus. Keterlibatannya tinggi di awal, baru bila sudah jelas semua konsepnya, ia akan mendelegasikan kepada kita untuk mengeksekusi dan menjalankannya.

Sekali lagi, bos itu adalah masalah persepsi, dan tergantung bagaimana kita mensikapinya. Meski dalam beberapa hal, tak apa kita juga mengalah. Karena "mundur selangkah", bukan berarti kalah. Karena, di ruang pekerjaan itu sebenarnya tak ada istilah "menang dan kalah", yang ada adalah toleransi dan fokus pada kepentingan bersama.

Ngomong-ngomong soal bos, ada anekdot lucu yang saya temukan tahun 2002. Kalau saya baca ulang sekarang, selalu saja suka senyum-senyum sendiri. Dan itu cukup menghibur hati. Sekarang, yuk kita nikmati guyonan tentang bos ini. Dijamin, geli sendiri !  

Bila boss bekerja lambat, itu berarti beliau teliti, komprehensif, dan sempurna. Bila staf bekerja lambat, itu berarti dia new bie, kurang jam terbang, dan tidak 'perform' !

Bila boss lambat memutuskan, itu berarti beliau si bos sedang mengedepankan prinsip kehati-hatian. Bila staf lambat memutuskan, itu berarti dia 'telmi', kurang gesit, tidak sat-sit-set !

Bila boss mengambil keputusan cepat, itu berarti beliau berani mengambil keputusan. Bila staf mengambil keputusan cepat, itu berarti dia gegabah ! Katanya, aspek-aspek penting lain sudah dipertimbangkan belum ?

Bila boss bekerja cepat, itu berarti beliau smart. Bila staf bekerja cepat, itu berarti dia terburu-buru !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun