Mohon tunggu...
Agung Kuswantoro
Agung Kuswantoro Mohon Tunggu... Administrasi - UNNES

Pengin istiqomah dan ingin menjadikan menulis menjadi kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Persuasif

30 September 2014   11:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:58 5092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada awal Agustus 2014 yang lalu, di daerah Karanganyar, tepatnya di sudut jalan yang biasa dilewati kendaraan sepeda motor dan mobil, terdapat simbol ISIS. ISIS adalah salah satu paham keras yang ada di Irak. Saat itu, orang tidak menghiraukan lambang tersebut, berikut gambarnya:

Gambar ISIS di Karanganyar sebelum Perubahan Ekspresi

Sumber :www.solopos.com

Namun, seiring berjalannya waktu, dan pengaruhmedia, orang mengetahui, bahwa gambar tersebut adalah lambang ISIS. Saat itu pula pemerintah setempat mengecat gambar tersebut dengan warna hitam, sebagaimana gambar berikut:

Gambar ISIS di Karanganyar setelah perubahan ekspresi

Sumber :www.solopos.com

Cerita tersebut, merupakansalah satu bentuk komunikasi persuasif. Karena adanya perubahan persepsi masyarakat dalam memaknai lambang tersebut.

Nah, sebenarnya apa itukomunikasi persuasif? Apa pergeseran batasan persuasif? Apa perbedaan persuasif dengan koersi? Apa tugashumas dalam komunikasi persuasif?

Pengertian Persuasif

Istilah persuasi atau dalam Bahasa Inggris persuasion berasal dari kata latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau meyakinkan.

Kenneth E. Andersen dalam Effendy (1999:79) mengatakan bahwa persuasi adalah suatu proses komunikasi antarpersona. Dimana, komunikator berupaya dengan mengguna-kan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan oleh komunikator.

Dalam definisi di atas, Andersen membatasi pengertian persuasi hanya pada komunikasi antarpersona. Komunikasi antara persona atau interpersonal communication adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan (dyadic communication) atau antara seorang komunikator dengan dua orang komunikan (triadic communication).Baik komunikasi berdua maupun bertiga sifatnya dialogis secara tatap muka. Dalam situasi komunikasi seperti ini, umpan balik terjadi secara langsung, dengan lain perkataan, komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Umpan balik seperti itu dinamakan umpan balik seketika (immediate feedback). Karena, reaksi komunikan dapat diketahui pada saat komunikator menyampaikan pesannya, maka komunikasi jenis ini sering dipergunakan untuk melakukan persuasi (persuasive communication) (Effendy, 1993:26).

Dalam penjelasannya mengenai pengertian persuasi itu, Anderson mengatakan bahwa ada tiga pergeseran penekanan yang penting antara batasan persuasi dengan komunikasi. Pertama komunikasi didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi kognisi (kognisi berarti kesadaran atau pikiran), yakni menimbulkan dampak pada kognisi itu. Pada persuasi, dampak terhadap kognisi diupayakan untuk menghasilkan perubahan pada sikap, kepercayaan, nilai, atau tindakan.

Kedua adalah penekanan pada kesengajaan dari perubahan, yaitu menyebabkan perubahan tanpa menggunakan paksaan. Ketiga dari penekanan dari definisi persuasi adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang diinginkan oleh komunikator.

Menurut Edwin P. Bettinghouse dalam Effendy (1999) mengatakan bahwa agar bersifat persuasif suatu situasi komunikasi harus mengandung upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan sadar untuk mengubah perilaku orang lain atau sekelompok orang lain dengan menyampaikan beberapa pesan. Definisi Bettinghouse ini sederhana saja. Menurut dia, yang diubah dengan upaya secara sadar itu hanya perilaku.

Hovland dan Janis dalam Effendy (1999:81) mengatakan bahwa efek persuasif dapat dilihat dari perubahan sikap yang menuju perubahanopini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan perubahan tindakan. Perubahan persepsi dapat dilihat dalam memaknai suatu pesan. Perubahan pesan berkaitan denganemosional. Perubahan tindakan adalah perubahan perilaku secara fisik pada seseorang sebagai akibat dari pesan persuasif yang diterimanya.

Persuasi Vs Koersi

Istilah koersi atau dalam Bahasa Inggris coersion, berasal dari Bahasa Latin coercio yang secara harfiah berarti pengekangan. Secara maknawiah berarti upaya mencapai suatu tujuan dengan menggunakan kekuatan. Dalam prakteknya, untuk mencapai tujuan itu dilakukan kegiatan dalam bentuk sanksi, ancaman, intimidasi, pemerasan, boikot, teror , dan lain-lain, sehingga orang yang dijadikan sasaran merasa terpaksa, cemas, takut, dan sebagainya.

Otto Lerbinger dalam Effendy (1999) mengatakan bahwa, jika paksaan ingin dilaksanakan, orang banyak atau rakyat tidak perlu secara nyata didorong-dorong. Penjaga yang berseragam, senapan yang bersangkur, kendaraan yang dilengkapi senjata. Bahkan penjara atau tiang gantungan, sudah menunjukkan lambang paksaan. Lambang-lambang paksaan seperti itu tidak perlu diperlihatkan secara nyata. Disuatu negara pameran kekuatan (show of force) yang hanya kadang-kadang saja diadakan, dianggap perlu untuk menunjukkan potensi negara yang bersangkutan bahwa kekuatan berada dimana-mana.

Itulah pengertian koersi. Komunikasikoersif (coersive communication) berarti proses penyampaian pesan (pikiran dan perasaan) oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku, dengan gaya yang mengandung paksaan.

Jadi persamaan komunikasi persuasif dengan komunikasi koersif ialah dalam tujuannya, sama-sama mengubah sikap, opini, atauperilaku. Perbedaannya adalah dalam gayanya, jika komunikasi persuasif dilakukan secara psikologis yang mengandung ajakan, bujukan, himbauan, atau rayuan, komunikasi koersif dilakukan secaraimperatif yang mengandung sanksi, ancaman, kekhawatiran, dan ketakutan.

Konsekuensi dari hasil komunikasi persuasif dalam bentuk perubahan sikap, opini, dan perilaku, adalah kesadaran disertai rasa senang. Sedangkan konsekuensi hasil komunikasi koersif dalam bentuk perubahan sikap, opini, dan perilaku adalah keterpaksaan disertai rasa tidak senang.

Bagi Kepala humas (kahumas), komunikasi koersif ini perlu mendapat perhatian yang saksama karena adakalanya konsekuensi yang timbul bukan hanya rasa tidak senang, tetapi dapat meningkat ke rasa permusuhan, bahkan dendam kesumat. Ini berarti bahwa komunikasi koersif ini bisa tidak fungsional, dan jika komunikasi yang dilancarkan menjadi disfungsional, efek bumerang (boomerang effect) yang akan muncul.(Effendy, 1999:84)

Barangkali akan lebih jelas bila kita telaah pendapat Alex Inkeles dalam Effendy (1999:85) yaitu yang dimaksud dengan koersi biasanya adalah pelaksanaan kekuasaan oleh pihak yang berwewenng terhadap orang-orang yang melanggar hukum, dan dengan persuasi adalah upaya untuk meyakinkan orang-orang melalui kontak pribadi agar perilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial.

Dari paparan mengenai persuasi dan koersi ini jelas kiranya bahwa tugas Kepala humas ialah melakukan persuasi, antara lain terhadap para karyawan yang tidak berperilaku sesuai dengan peraturan organisasi yang ditetapkan. Mereka diajak, dihimbau, atau dibujuk untuk taat kepada peraturan. Ini berarti bahwa perilaku individual diarahkan sehingga sesuai, selaras, dan serasi dengan perilaku organisasi. (Effend. y, 1999 : 85).

Komunikasi persuasif bagi seorang humas harus menguasinya. Tanpa keterampilan ini, tujuan organisasi akan cepat tercapai. Dalam komunikasi persuasif dikenal juga dengan koersif. Seorang humas, lebih baik menghindari model komunikasi koersif, agar mudah mendapatkan image baik di masyarakat.

Tugas

Carilah satu contoh komunikasi persuasif, kemudian buatlah baganmodel komunikasinya(ada sender, receiver, message, channel, dan feedback).

Daftar Pustaka

Effendy,Onong Uchjana.1999.Hubungan Masyarakat.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Effendy,Onong Uchjana.1993.Human Relations dan Public Relations.Bandung:Mandar Maju

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun