Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

[Kompasiana Ngulik] Rega Si Penyanyi Plus Jebolan Meet The LAbels

14 Februari 2015   12:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Sepanjang bergabung di Kompasiana, sore ini (jumat 13/2) terbilang cukup lain dari yang lain. Acara Kompasiana Ngulik yang akan digelar, sejauh ingatan menjadi kali pertama diadakan. Ngobrolin Cara Membuat Lirik, menjadi terobosan K yang menarik.Setelah beberapa waktu lalu, sempat ada acara Unboxing K dan Blogshoping.

Terus terangmeski tak rutin setiap hari, saya berusaha mengisi kanal fiksiana secara berkala.Entah di kolom Puisi, Cermin atau Cerpen,saya tak merasa puas belajar dan terus mencoba.Sering membaca tulisan Fiksi K-ers, yangluar biasa dalam dan perasan terkesandi benak. Mengerucutkan sebuah kesimpulan, bahwa nulis di kanal Fiksisana perlu keahlian khusus. Meski sebuah puisi tak butuh banyak kata, namun setiap kata musti memiliki "bobot". Maka tak heran setiap membaca satu karya di fiksiana, seperti merasakan ruh karya tersebut.Akhirnya menjadi awal ketertarikan, bergabung di acara Kompasiana Ngulik ini. Berharap bisa banyak belajar, menggali dari orang yang tepat dan punya pengalaman.

Sore ini saya datang tepat waktu, sebentar ke reception di lantai dasar. Naik ke lantai enam dengan lift, terlihat Pak TS dan Pak Ben berbincang. Usai registrasi bisa ngobrol bersapa, dengan mas dan mbak admin juga tampak kang Pepih hadir. Selalu yang saya rasakan setiap acara kopdar, K dan Kers layaknya saudara dalam sebuah keluarga besar. Bagi saya anugrah yang tak ternilai, adalah pertemanan adalah persaudaraan.

1423862992211535063
1423862992211535063
Dokumen Pribadi

Ruang acara di studio K lantai 6, tempat yang sering saya datangi ketika acara nangkring K. Sore ini disetting beda dan manglingi, penataan arena Ngulik sangat cantik. Menggunakangelaran permadani,bersanding kursi empuk kotak dan kursi putar. Penerangan terang yang biasa mendominasi ruangan, disulap semi remang lampu bohlam di beberapa sudut. Menghadirkan suasana hangat dan soft, memunculkan atmosfirakrab bagi yang hadir.Kesan pertama yang langsung saya rasakan, kami yang berada di satu ruangan terasa melebur dan dekat. Tak tampak suasana formal layaknya talkshow, K-ers dan narsum di panggung terasa tak berjarak.

Admin Kompasiana menyeruak ke tengah tengah, menjadi penanda acara Ngulik Kompasiana dimulai. Bersambung pada serah terima panggung, kepada moderator acara Nadia Fatira. Sang moderator wajahnya cukup akrab dengan Kers, sering perform untuk acara Nangkring Kompasiana. Sebuah videoclip di putar dari penyanyi Rega, berjudul "Tak Kan Lagi" menjadi awal Ngulik.

1423863227480294374
1423863227480294374
Pemutaran Video Clip Rega- dokpri

Sehari sebelum acara saya sudah mendengarkan, bahkan berkali kali mencermati sampai hafal. Lirik dalam lagu ini sangat dalam maknanya, pun pemilihan kata per kata begitu indah. Sang penulis begitu menghayati, bahkan saya curiga jangan jangan mengalami. Meski beberapa kata diulang, tapi terdengar pas dengan nada. Kata dasar "rasa" paling sering dijumpa,tampil dalan balutan kata "terasa", "kurasa" dan "terasaku". Namun jujur kata ini tetap pas di lagu, tak dipaksakan dan sense puitisnya terjaga.


Rega sang soloist menjadi bintang Ngulik sore ini, menceritakan proses kreatif dalam menciptakan lagu.Kegemaran membuat lagu dimulai sejak SMA, ketika pertama kali merasakan jatuh cinta.Namun kalau dari sisi produktifitas, justru kenceng saat galau atau usai putus cinta. Secara umum ide bisa muncul kapan saja, tentu berdasarkan pengalaman pribadi. Khusus lagu berjudul"Tak kan Lagi", disebut Rega mewakili generasi patah hati. Sehingga kata yang dipilih menyesuaikan tema, agar suasana hati dan perasaan tersampaikan.

Penggalan lirik "- Dalam langkahku terasa - terasaku merana -tak kan lagi kurasa tak kan lagi kurasa - "kental dengan interpretasi putus asa.

Pada Reff "-Mungkin engkau kan kembali- kembali dlm pelukku - meski tak mungkin tak mungkin terulang lagi. - Ku tak kan terjatuh lagi terjatuh lagi dan lagi- tak kan kembali, tak tersakiti, kau telah pergi kasih-" ada harap namun sarat dengan rasa pasrah.

1423863342776843139
1423863342776843139
Moderator & Rega (dokpri)

Tak dipungkiri ada yang menginfluent terciptanya lagu ini, Rega menyebut lagu Risalah Hati milik group band Dewa. Prinsip Spirit of kepepet juga diyakini Rega, menjadi salah satu cara bikin lagu dengan cepat. Faktor kepepet yang sering dialami sang penyanyi, adalah dikejar tengat Deadline. Sejauh ini Rega inginterus berkreasi dengan hal baru, salah satunya mencoba karya unik memasukkan unsur alat musik accordion.

1423863543567797438
1423863543567797438
Rega sedang Perform -dokpri

Acara terus berlanjut dengan perform dari Rega, menampilkan dua lagu berturut turut. Single andalan dibawakan di awal, lagu berjudul Tak kan lagi. Sungguh kualitas suaranya tak beda, antara di video klip dan live perform. Warna vokalnya yang berat dan tebal, sekilas mengingat pada warna suara penyanyi Afghan. Setelah saya mendengar langsung sang penyanyi, menjadi bukti tak ada teknis digital. Konon ada alat canggih digunakan, untuk menyiasati "kekurangan" penyanyi. Padahal kalau dipikir sudah semestinya, modal dasar seorang penyanyi suaranya unik dan bagus.


1423863730500019950
1423863730500019950
Bareng Mas Ayi -dokpri

Sesi berikutnya tampil Mas Ayi dari Alfa Record, berkisah tentang ditemukan permata bernama Rega. Bermula dari sebuah pentas musik di Bali, saat itu Rega tampil bersama group bandnya. Begitu melihat sang penyanyi tampil, pihak labels langsung kepincut. Banyak faktor yang dipertimbangkan memilih penyanyi, warna vokal itu pasti, penampilan dan "package" secara keseluruhan. Seorang biasanya akan otomatis terlihat, apakah memiliki aura bintang atau tidak.

Pada Rega aspek yang diterapkan oleh pihak labels, ternyata terpenuhi sesuai harapan. Namun ternyata ada nilai plus yang perlu digaris bawahi, bahwa Rega juga piawai menciptakan lagu. Tentu pada point ini adalah pembeda, tak didapati pada sebagian besar penyanyi apalagi soloist. Seorang penyanyi sekaligus pencipta, otomatis paham feel lagu yang dibawakan.

Dari sudut pandang pemasaran, terutama menghadapi era digital tak terbendung. Setiap orang dengan mudah download, bisa menikmati lagu penyanyi. Mas Ayi tak terlalu mau pusing, karena nyatanya bisa juga disiasati. Saat ini peluang kerjasama terbuka, melalui situs youtube yang dinikmati pengguna inet. Bahwa ada sistem bagi hasil yang ditawarkan, apabila ada profit yang dihasilkan dari video tersebut. Rega sendiri menanggapi fenomena ini dengan unik, selain ada sisi negatifnya. Namun yang tak bisa dihindarkan, menjadi ajang promosi diri agar dikenal lebih banyak orang.

Pada sesi tanya jawab dengan dua narsum, disambut antusias kompasianers yang hadir. Perihal proses produksi sebuah lagu, ternyata terdapat kesulitan saat memasukkan suara penyanyi itu sendiri.

Nada yang hanya terdiri dari tujuh (do-re-mi-fa-sol-la-si), memungkinkan duplikasi satu lagu ke lagu lain. Namun siapa sangka dari terbatasnya nada, ternyata mampu membuat tak terhingga judul lagu. Agar tak terjadi duplikasi secara "ekstrim, Rega menyiasati dengan membedakan aransemen atau penggalan kata. Misalnya sebuah lagu memakai kata Cinta, kebetulan lagu lain dengan nada sama memakai dua ketukan. Rega merubah kata pada nada yang sama menjadi tiga ketuk, dengan memanjangkan huruf akhir Cintaaa.

Namun tak bisa dihindarkan saat mencipta lagu, tergantung memori nada yang ada saat itu. Kadang pasti ada sedikit kemiripan dengan lagu lain, itu adalah hal wajar yang penting tak sama persis 100%. Dalam proses penciptaan lagu ala Rega, dimulai dari nada baru lirik. Ketika ditantang mencipta oleh moderator, terbukti Rega mampu secara spontanistas. Kompasianer Mbak Mutia memberi sebuah puisi, dalam hitungan detik mampu ditaklukkan.

"Kenapa kau masih bermain ilalang, sementara ada taman bunga dihatimu", disulap mejadi sebuah alunan yang indah.

14238638291775659319
14238638291775659319
Dokumen Pribadi

Acara Ngulik Kompasiana berlangsung seru, dengan berbagi doorprize bagi yang beruntung. Lima voucher belanja menjadi gift, dibagikan khusus penanya yang terpilih. Kemudian seperti biasa ditutup dengan foto bersama, menjadi pamungkas rangkaian acara berkesan ini. Selamat dan sukses selalu untuk Alfa Racord khususnya Rega, semoga lagu 'Tak kan Lagi" diterima pencinta musik indonesia. (salam)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun