Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Pertengkaran Suami Istri Seharusnya Tidak Satu Pihak yang Menang

30 September 2025   10:57 Diperbarui: 30 September 2025   13:40 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengkaran dalam rumah tangga, hal yang sangat wajar terjadi. Berlaku di rumah tangga manapun, tak peduli strata atau kasta. Mau keluarga berpunya atau biasa- biasa saja, mustahil perselisihan sama sekali tiada.

Karena perjalanan rumah tangga tidak sebentar, berlaku sepanjang hayat dikandung badan. Demikian keinginan ideal setiap pasangan, biarkan hanya maut yang memisahkan.

Namun perlu disadari, hidup bersama sepanjang hayat butuh perjuangan. Mengingat suami istri, tetaplah dua pribadi yang berbeda. Lahir dan dibesarkan, dari latar belakang, lingkungan, pergaulan pun didikan yang tidak sama.

Suami istri, tadinya orang lain tidak saling mengenal. Kemudian takdir mempertemukan, berkomitmen mengikatkan diri dalam tali pernikahan. Asal muasalnya memang sudah berbeda, maka adanya perselisihan suami istri tak bisa dihindarkan.

Percaya dengan saya, se-alim suami dan atau istri dijamin pernah berselisih. Namanya perbedaan pendapat, sebuah kewajaran tak terhindarkan. Jangan dibesar-besarkan, jangan diterus- teruskan.

Sepenuhnya kembali ke pasangan tersebut, bagaimana keduanya menyikapi. Belajar mengelola perbedaan, sehingga menjadi bahan baku untuk memupuk kebersamaan.

Pernikahan, mengajarkan seni mengelola perbedaan. Seni tarik ulur ego pasangan, demi kebaikan bersama. Apalagi kalau sudah ada anak, biasanya ego suami istri terkikis dengan sendirinya. Rela mengalah demi anak, buah hati butuh keteladanan.

Maka pertengkaran suami istri, seharusnya tidak satu pihak yang menang. Baik suami maupun istri, menemukan diri dalam kebaruan sikap dan pikiran.

----

illustrasi- dokumentasi pribadi
illustrasi- dokumentasi pribadi

Dua dasawarsa berumah tangga, saya sudah merasakan aneka gejolak di dalamnya. Pada satu dua tahun pertama pernikahan, adalah masa adaptasi butuh effort lebih. Kami pasangan muda masih labil, berpindah kuadran dari sendiri menjadi bersama.

Ego saya pun istri bisa meluap, ketika mendapati salah satu bersikap tak sesuai keinginan. Ada saat saya suami yang mau didengarkan, di lain waktu ganti istri yang maunya dituruti. Naik turun ego sangatlah terasa, pada tahun awal berumah tangga.

Konon lima tahun masa berat, saya mengamini. Meski sebenarnya, pada lima tahun ke atas ujian cobaan tak kalah menantang. Pengalaman saya, bahwa di setiap fase rumah tangga memiliki ujian yang tidak ringan.

Tetap menuntut suami istri mustri, me-refresh hubungan agar harmonis dan bisa bertahan. Karena faktanya ada, pasangan berpisah setelah puluhan tahun menikah.

So, jangan merasa di level aman. Bahkan setelah melewati, berpuluh- puluh tahun pernikahan. Konflik sangat bisa terjadi, di level pernikahan manapun. Tetapi pertengkaran suami istri seharunya tidak satu pihak yang menang.

Pertengkaran Suami Istri Seharusnya Tidak Satu Pihak yang Menang

gambar milik cahayanabawi.net
gambar milik cahayanabawi.net

Sebuah konten bagus, saat itu lewat di beranda medsos saya. Akun medsos tersebut, postingannya spesifik dan fokus soal rumah tangga. Konten yang saya simak saat itu, membahas tiga hal yang perlu diingat saat suami istri sedang marah.

Pertama, musuh kita bukan pasangan tapi ego. Kedua, suami istri adalah dua pribadi saling menyayangi jangan malah saling melukai. Ketiga bahwa pemenangnya bukan yang bisa membuktikan dia benar, tapi yang bisa meredakan ego.

Saking mengenanya konten ini, saya memutar berulang-ulang. Merenungi yang disampaikan, sekaligus membenarkan menyepakati. Bahwa pertengkaran suami istri diadakan semesta, seharusnya mengantarkan manfaat.

Seorang istri yang kalah berargumen, tetap tidak bisa menyimpan kecewa atau sedih. Demikian juga sebaliknya, meski suami terbukti salah jangan sampai direndahkan. Maka pertengkaran, jangan membuat suami istri menjadi berbeda. jangalah pertengkaran, menyebabkan suami istri menyakiti satu sama lain.

Pertengkaran suami istri, memang diibaratkan bumbu rumah tangga. Tetapi adu argumen yang memperpanjang masalah, pasti banyak mudhorot daripada manfaat. Pertengkaran yang tak dihentikan, membuat istri sewot dan suami enggan pulang.

Sepengalaman saya, ada satu kata efektif meredakan suasana tak nyaman pertengkaran. Salah satu musti mengalah, tak peduli di pihak menang ataupun kalah. Sungguh, kata maaf sangat mujarab melunturkan ketidaknyamanan.

Dan dengan kata maaf, suami istri seperti menemukan kebaruan sebuah hubungan. Masing- masing merasakan plong, ikatan yang kendor berangsur menguat. Hati sontak terasa enteng, rasa sayang bertumbuh pada orang yang sama.

Setelah pertengkaran mereda, masing- masing mendapati ilmu baru. Untuk lebih berhati-hati bersikap berucap, berusaha lebih menjaga perasaan pasangan. Apalagi saat mengingat anak-anak, rasanya tak tega menyakiti pasangan.

Idealnya perjalanan berumah tangga, semestinya tidak dibatasi dunia fana. Quote "sehidup sesurga", bisa mengantarkan harapan kebersamaan suami istri bisa sampai jannah-Nya---aamiin.

So, pertengkaran suami istri seharusnya tidak satu pihak yang menang. Bahwa kemenangan itu, berhak didapatkan keduanya. Ketika keduanya mendapati kebaruan, sehingga hubungan suami istri lebih manis lebih harmonis.

Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun