Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngabuburit (Sangat) Berfaedah untuk Bapak Paruh Baya

8 Maret 2025   08:04 Diperbarui: 8 Maret 2025   08:04 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak bapak sedang belajar mengaji- dokpri 

Di usia paruh baya, saya bersyukur menemukan lingkaran pergaulan yang baik. Bapak-bapak sepantaran, dengan anak usia SMP sampai kuliah. Langkah kami mulai ringan leluasa, tidak digandoli anak saat berpamitan.

Adalah majelis taklim di daerah Tangerang Selatan, tempat saya menimba ilmu (lagi) mengeja huruf hijaiyah. Kami punya jadwal rutin mengaji, di akhir pekan setelah sholat subuh. Saat udara masih segar, selesai ketika sinar matahari sedang hangatnya.

Bulan Ramadan ini, jadwal belajar digeser akhir pekan sore. Kami para siswa -- sudah sepuh, hehehe-- , menyambut keputusan dengan suka cita. Menurut bapak ketua, kegiatan ini sekaligus menjadi bagian dari ngabuburit.

Bener deh, lelaki seumuran saya selera ngabuburit-nya sudah beda. Tak lagi berburu takjil---kecuali sesekali mengikuti ajakan anak istri--, tak lagi berbuka di lokasi kulineran viral.

Ngabuburit menyenangkan--- dan sangat berfaedah--, adalah mengaji dengan belajar tartil. Kemudian diakhiri buka puasa bersama, sesederhana itu.

-----

Sebagaimana anak desa umumnya, sedari kecil saya akrab dengan mengaji. Sewaktu SD sudah khatam juzz ama, dilanjutkan mengaji quran di rumah guru agama. Biasanya selepas maghrib, kami dibimbing membaca surat pendek.

Duduk di bangku SMA dan beberapa kali khatam quran, selepas ashar saya mengajar mengaji di musholla. Siswanya anak- anak tetangga, usia direntang kelas 2 sampai 4 SD. Meski mengajar suka rela, saya sangat senang melakukannya.

Sesepuh di desa pernah mengakui, bahwa lingkungan kami kategori tidaklah sangat ketat agama. Betul, kami menegakkan sholat fardhu 5 waktu. Aktif mengaji rutin yasinan di malam jumat, dan kegiatan keagamaan lainnya.

Tetapi sangat sedikit, diantara kami bisa mengaji sampai mendalam. Sesepuh mengatakan, tidak ada warga yang lulusan pondok dan tahfids Quran. Mengaji kami sebagian besar rata-rata, sebatas membaca tetapi tidak tartil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun