Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Istilah Telat Nikah Istilah yang Menyakitkan

21 Februari 2025   19:17 Diperbarui: 26 Februari 2025   16:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana gedung resepsi. (Dokumentasi Pribadi)

Di usia tersebut, saatnya perempuan dan atau lelaki bekerja sama di sebuah ikatan pernikahan. Secara mental, lelaki siap bertanggung jawab menafkahi. Pun perempuan, siap hamil, melahirkan, dan mendidik generasi penerus.

Lelaki direntang dua puluh tahun-an, ibarat darah segar mengaliri menyebar ke seluruh tubuh. Semangatnya selalu menggelora, sampai saya mendengar kalimat "tak kenal lelah".

Perempuan direntang yang sama, tenaganya genap untuk melahirkan. Memberi asupan ASI yang cukup, sehingga bayi tumbuh dengan baik.

Memasuki kepala tiga, biasanya gelora muda-nya berangsur memudar. Di umur pertengahan 30-an, badan mulai protes diajak melek semalaman. Mulai tak tahan angin malam, enggan ngeluyur tak jelas tujuan.

Saya dulu di umur tigapuluh lima, mulai punya jadwal kerokan. Setelah kerjaan rampung maunya pulang, tak ada keinginan mampir ke mana-mana. Pikiran mulai semeleh, maunya yang simple alias tidak neko-neko.

Kalau sudah menikah, umur di atas 30 biasanya anak mulai kemragat. Uang dipunya untuk sekolah anak, memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kepentingan atau keinginan sendiri, biasanya sudah dinomor sekiankan.

Saya pikir-pikir ada benarnya, kekhawatiran ibu saya dulu. Kalau menikah setelah berumur, kasian anak-anak yang jarak umur dengan ayahnya kejauhan. Saat anak ingin main dengan ayah/ibu, orangtua tak bisa membersamai.

Istilah Telat Nikah Istilah yang Menyakitkan

suasana gedung resepsi. (Dokumentasi Pribadi)
suasana gedung resepsi. (Dokumentasi Pribadi)

Kompasianer, mungkin sepakat dengan saya. Bahwa kita di mata orang lain, selalu dicari-cari kesalahan atau kelemahan. Menikah cepat dikata pernikahan dini, belum nikah setelah berumur dikata telat nikah.

Rasanya gemes, menyikapi omongan orang sekitar. Kebanyakan bisanya berkomentar nir-empati, padahal tidak punya kontribusi apapun. Tak salah kalau memasang sikap cuek, telinga tebal, tetap berusaha memasang senyum lebar.

Saya yang pernah mengalami, didera nyinyiran orang sekitar. Kini sangat-sangat paham, bagaimana dihimpit perasaan tidak nyaman. Pengalaman pahit membuat saya menjaga sikap ucap, kepada yang belum menikah di usia "matang".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun