Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Patokan Menikah Bukan pada Ganteng

27 Januari 2024   14:57 Diperbarui: 27 Januari 2024   15:38 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Kantor lama, saya pernah punya teman bersebelahan meja. Pria jelang empat puluh tahun, dengan postur tinggi besar dan beratnya proporsional. Menilik parasnya, bisa dikategorikan ganteng.  Dengan kulit sawo matang bersih, hidungnya lumayan mbangir.

Soal penampilan tak perlu diragukan, outfit-nya berganti-ganti menyesuaikan tema. Dalam sepekan, saban hari baju yang dipakai selalu berbeda. Ditunjang rambut yang disisir klimis, dan semprotan parfum yang segar. Semakin membuat orang terkesan, di kali pertama ketemuan.

Tempat nongkrong dan gaulnya, seperti pekerja urban pada umumnya. Melewatkan jumat malam, dengan bersantap menu, ngobrol dan menikmati live musik.  Jujurly, hal yang sangat jarang saya lakukan. Saya memilih lekas pulang, ketemu dan ngobrol bareng istri dan anak di rumah.

Sebagai tenaga marketing, selain gaji pokok ada komisi penjualan. Apalagi kalau target penjualan terpenuhi, tentu ada bonus yang diterima. Kadang ada kesempatan plesiran, baik di luar kota atau luar negeri.

Wajah temen ini, merepresentasikan lelaki di usia matang. Tampak beberapa kerutan samar, tak heran kalau di kantor di sapa "pak". Kecuali beberapa yang memanggil "Mas", karena kenal akrab dan usianya sepantaran.

---

Di usia yang sudah tidak muda, rupanya teman ini belum menikah. Saya tidak bertanya lebih jauh penyebabnya, biarlah menjadi urusan pribadi. Namun ada teman perempuan nyeletuk, kalau lelaki ganteng itu kurang bisa mengambil hati.

Sebagai orang yang terlalu keukeuh pendapat sendiri (egois), kurang mau mendengar pendapat orang lain. Soal keras kepala tidak berhenti di omongan, bahkan memilih menu saat makan bareng (untuk share), atau menentukan tempat nongkrong, juga dirinya yang ingin diikuti.

Kalau dipikir-pikir, soal ganteng wajah tidak bertahan lama. Biasanya orang interest, hanya di pandangan awal saja. Setelah ngobrol dan sering berinteraksi, akan ketahuan sifat asli. Dan wajah rupawan itu, sama sekali tidak bisa menjamin.

Orang lebih betah berkawan, dengan orang yang saling mengisi. Bisa mencari jalan tengah, ketika ada timpang pendapat. Apalagi dalam ikatan suami istri, dibutuhkan orang yang bisa sehidup semati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun