Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memang Benar Sesulit Itu Memaafkan

9 Mei 2023   16:01 Diperbarui: 9 Mei 2023   16:50 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
create gambar by Agung Han

Saya masih terngiang, dengan salah satu tema Samber THR Kompasiana tahun ini. Yaitu tentang memaafkan, dengan jadwal tayang setelah lewat bulan suci Ramadan.  Tepatnya di penghujung bulan april, ketika itu saya masih berlebaran di kampung halaman.

Ada drama untuk menayangkan artikel tersebut, saya musti ngungsi ke rumah kakak tertua. Listrik di rumah ibu njeglek, watt-nya tidak bisa dipakai bersamaan untuk alat besar. Misalnya menghidupkankan mesin cuci, nyertika, masak nasi, bersamaan saya memakai laptop.

Okelah, kita abaikan soal perlistrikan--hehehe.

Baca ; Bahwa Diantara Sifat Orang Mulia adalah Memaafkan Orang Lain

---

Jujurly tema memaafkan ini, sangat mengena di benak saya. Pasalnya saya pernah mengalami dan merasakan sendiri, sakitnya dilukai hati (salah satunya) oleh kerabat dekat. Kerabat yang tadinya dihormati, sejak kejadian itu mendadak berbalik seratus delapan puluh derajad. Sikapnya saya sangat tidak respek, pada orang-orang yang menyakiti hati.

Sepengalaman saya, butuh waktu lumayan panjang. Untuk sampai pada situasi, yang akhirnya bisa berdamai dengan diri sendiri. Bahkan setelah saya pindah kota perantauan, dan ketemunya hanya di hari lebaran.

Sakit hati terlanjur membekas, ibarat paku meninggalkan lubang menganga meski sudah dilepas dari tempatnya. Maka saya menyepakati, bahwa memaafkan butuh energi yang tidak ringan. Berjuang melawan ego diri sendiri, memaklumi kesalahan ditorehkan orang yang telah menyakiti.

Kalau ada yang mengatakan, memaafkan bukan berarti melupakan, saya sangat tidak menyangkal. Tetapi setidaknya, sudah setahap lebih tinggi. Dibandingkan, dengan tidak memaafkan sama sekali.

Bagi yang sedang berproses, untuk memaafkan dan berdamai dengan keadaan. Tidak ubahnya memendam bara dalam sekam, sewaktu-waktu api bisa kembali menyala. Apalagi kalau pelaku, mengulang kesalahan (meski bentuknya lain).

Ya, memaafkan memang membutuhkan energi luar biasa besar. Dan itu tidak bisa dipaksakan, karena kondisi setiap orang berbeda-beda.  Biarlah, semua berjalan secara alami. Seiring proses kehidupan, yang masing-masing orang telah dan atau sedang dijalani.

Memang Benar Sesulit itu Memaafkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun