Alhamdulillah, saya dikelilingi tetangga baik hati. Depan rumah adalah penduduk asli, lahir dan besar di perumahan ini. Sebelah kanan rumah adalah warga lama, sempat pindah di rumah lain tetapi balik lagi. Sebelah kiri, anak dari warga lama.
Antar tetangga kami menjalin hubungan baik, saling mengantarkan makanan. Hal yang terlihat biasa saja, tetapi dampaknya luar biasa. Kami hidup berdampingan dengan rukun, bahkan saling membantu satu dengan yang lain.
Keguyuban warga perumahan tampak, ketika kegiatan warga atau RT. O'ya, saya tinggal di perumahan lama (dari tahun 80 awal). Sehingga warganya majemuk, ada yang sudah sepuh, dan banyak yang muda.
*Back to my neighbour
Pernah suatu hari, di rumah sedang banyak buah-buahan. Saya mendapat kiriman buah, dan istri membagikan ke beberapa tetangga. Â Sikap baik itu langsung berbalas, keesokan hari tetangga depan mengantarkan makanan juga.
Sejak saat itu, tetangga baik hati ini (seperti) punya jadwal. Ada saja makanan diantar, kemudian kami membalas meski tidak seketika.
Mudahnya Berbagi Dampaknya Melembutkan Hati
Jangan dikira, yang dibagikan tetangga selalu makanan bergengsi dan mahal. Semacam beef teriyaki atau chicken teriyaki, ikan gurame atau kakap disambali bumbu bali. Atau menu sedang ngetren dan kekinian, yang biasanya diantre banyak orang.
Sama sekali tidak, kami saling berbagi hantaran sebisa kami. Pernah membagikan mie ayam, siomay, dimsum, nasi goreng dengan telor ceplok, bakpao, bahkan camilan mentah oleh-oleh dari kampung.
Kadang kalau saya mudik, saya bawakan peralatan dapur berbahan bambu. Adalah peralatan peralatan, yang sekiranya jarang atau tidak dijual di Tangsel. Pun makanan khas kampung saya, seperti rengginang, ketan uli, rangin atau sambal kacang buatan ibu saya.
Dana kalau belanja di desa, harganya murah meriah tapi pantas untuk dibagikan tetangga. Mereka tampak girang, tergambar dari garis muka dan sikap setelahnya.