Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Inilah Obat Lebih dari Sekadar Obat!

30 Januari 2021   11:02 Diperbarui: 30 Januari 2021   11:56 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya rutin menelpon ibu di kampung, satu atau dua kali dalam sepekan. Selain berkirim kabar sehat, ibu menanyakan perkembangan terjadi.  Lama-lama saya bisa mendeteksi kondisi ibu, dari nada suara yang terdengar. Apakah ibu sedang senang atau sedih, apakah sedang sehat atau kurang enak badan. Dan ada satu kebiasaan ibu saya hapal, adalah tidak mau mengabari anaknya ketika dirinya sakit.  

Semasa ayah masih sehat, sang suami berpesan untuk tidak merepotkan anak. Maka ketika mereka kangen cucu, biasanya dibelain mendatangi rumah anak. Saya masih ingat, ayah meninggal enam bulan setelah  menyambangi salah satu cucu. Kebiasaan bepergian ke rumah cucu, dilanjutkan ibu sendirian. Selain pemberani (kata lain dari nekad), ibu memang keras kepala.  Baru setelah kondisi fisik melemah, ibu tak lagi bepergian sendiri.

"Ibu sakit"

Pagi itu masuk sebuah pesan dari nomornya kakak ipar. Tak berselang lama, dikirim gambar ketika ibu diantar ke klinik. Setelah Rumah Sakit di kota Kabupaten  menolak, karena  kapasitasnya penuh menampung pasien terpapar virus covid. Melihat di foto tampak ibu tak berdaya, tanpa pikir panjang saya memesan tiket kereta (secara online). Mengambil keberangkatan malam untuk dua hari ke depan , agar sampai tujuan hari sudah terang. Mengingat kendaraan umum menuju rumah di kampung sangat terbatas, hanya ada di jam tertentu.

Selain siap mengikuti protokol kesehatan, salah satunya mengikuti swap antigen. Saya sudah memperhitungkan diri, mengingat ibu masuk usia lansia. Saya berencana menginap semalam dulu di rumah kakak, baru hari kedua menemui ibu. Semua demi keamanan dan kebaikan bersama.

----------

Sejak wabah merebak, terhitung satu tahun lebih saya tidak bisa pulang. Pun saat tiba hari raya lebaran, kebiasaan tahunan itu terpaksa ditangguhkan. Silaturahmi diganti melalui video call, utamanya kepada ibu kemudian ke sebagian besar kerabat.

Belakangan ibu lebih sering menelpon, sepekan bisa sampai tiga atau empat kali. Topik pembicaraan (bisa dibilang) tidak terlalu penting, hal-hal yang tidak biasa disampaikan. Misalnya tentang teman saya semasa berseragam merah putih, tentang sawah dan tetangga, tentang pasar atau hal-hal yang tidak berkait dengan keluarga.

Sejatinya saya bisa menerka-nerka maksud ibu, meski tak diucapkan ada yang dipendam perempuan sepuh ini.  Beliau sedang kangen, tetapi berada pada posisi serba salah. Tak mungkin meminta anaknya mudik, bersamaan PSBB sedang diketatkan tidak leluasa keluar rumah apalagi pulang kampung..

Sesuatu yang melampaui batas tentu tidak baik, termasuk memendam kangen yang berlebihan. Sebagai anak saya menyadari, bahwa ibu sayang kepada semua anaknya. Tetapi kepada bungsunya, rasa sayang itu terasa berbeda. Maka kakak ipar mewanti-wanti saya segera pulang, meskipun hanya beberapa hari. kemudian saya menuruti, mengambil waktu sepekan berada di kampung. Saya akan memanfaatkan keberadaan selama di kampung, untuk menunggu dan mengurusi ibu.

Inilah Obat Lebih dari Sekedar Obat !

Hari kedua sesampai di kampung saya baru masuk ke kamar ibu. Perempuan yang dulunya perkasa itu, kini tergolek lemah di atas ranjang. Saya tak mengira ibu setakberdaya itu.  Baru beberapa detik berjalan, kehadiran ragilnya disadari. Badan ringkih itu berbalik, kepalanya menengok dan kami bersitatap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun