Kalau bertemu atau berpapasan dengan teman ini, sama sekali tidak menyinggung masalah kenalan. Saya juga enggan menanyakan, cukup punya kesimpulan kelanjutan rencana kenalan, khawatir menyinggung perasaan.
Sebagai orang diminta tolong, setidaknya sudah saya tunaikan kesanggupan. Kepada teman perempuan, atau kepada bapak pemilik bengkel posisi saya masih relatif netral.
Di lain waktu saya sempat mendengar dari orang lain, ternyata teman perempuan minta dicarikan kenalan.Â
"Mungkin teman ayah tipe sangat pemilih" ujar istri.
Kemudian hari, setelah soal kenal mengenalkan dilupakan. Baru terkuak alasan, dibalik penolakan (saya ketahui melalui orang lain).
Teman perempuan tidak sreg dengan pekerjaan si bapak (bengkel), dan satu lagi alasan si Bapak lulusan SMA (duuh, masih saja menawar)
"Padahal kan belum kenal dan tahu orangnya ya, Yah," celetuk istri setelah saya bercerita.
Karena Tidak Sempurna Maka Menikahlah
"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya."
(HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)
Nabi Adam AS diciptakan, awal mulanya tinggal di surga. Tempat istimewa dengan fasilitas luar biasa, tempat didamba umat hingga akhir masa.
Kemudian agar tidak kesepian, Tuhan menghadirkan Siti Hawa, konon diambil dari tulang rusuk Nabi Adam. Bermula dari dua nama ini, akhirnya beranak pinak berketurunan, bersuku-suku hingga sampai kita manusia akhir zaman.