Tuhan Maha Kreatif, menciptakan manusia (bahkan dari awal penciptaan-Nya) berpasang-pasangan (laki-laki dan perempuan) demi keberlangsungan kehidupan.
Kompasianer pasti tak asing kisah Habil dan Qabil (putra Nabi Adam), kisah pembunuhan pertama di muka bumi karena satu tidak terima berjodoh dengan saudari yang (menurutnya) kurang menawan.
Etapi, bukan peristiwa tragis itu ingin saya kemukakan. Saya ingin mengedepankan, betapa setiap manusia memiliki garis takdir (termasuk urusan jodoh)
Bayangkan Kompasianer, kalau saja tidak ada pernikahan (yang sesuai norma Agama) di muka bumi ini. Bisa jadi terputus keberlangsungan hidup manusia, dan populasi manusia akan selesai.
Menjalankan pernikahan tentu bukan layaknya di taman surga, penuh ujian yang sejatinya menempa mental dan jiwa manusia.
Melatih setiap yang menikah mengelola ego, karena orang dengan kemauan diri meletup tak terkendali. Laimnya cenderung kurang bijak, dalam menyikapi setiap kejadian di sekitar.
Baginda Nabi Muhamad SAW, memberi keteladanan kepada umatnya tentang pernikahan. Beliau suami sempurna, santun kepada belahan jiwa dan sayang kepada buah hati.
Kehidupan rumah tangga Rasul, bukan tanpa halang, rintang dan ujian. Api cemburu, godaan duniawi, mewarnai kehidupan keluarga Rasul.
Sejauh buku pernah saya baca tentang perjalanan hidup Rasulullah, beliau menyelesaikan masalah dengan sangat bijak dan adil. Rasul adalah manusia biasa seperti kita, tetapi keteladanannya abadi sepanjang masa.
Apakah Rasulullah berlebih harta? Saya yakin, Kompasianer pasti sudah tahu jawabannya.
Baginda Nabi terbukti zuhud, mengutamakan kecintaan akhirat dan tak silau harta kekayaan yang berpotensi tergelincir kepada kesia-siaan.