Kompasianer, Idul Adha atau hari raya haji atau idul kurban, selalu dirayakan meriah di tanah air. Prosesi berkurban (sapi/ kambing), sebagai wujud keimanan.
Dulu semasa masih kanak-kanak, saya kerap ikut pawai obor di malam hari sambut Idul Adha. Dan keesokan hari selepas sholat Id, ikut menjadi panitia pembagian daging.
Masjid, mushola atau perorangan, mengadakan penyembelihan hewan kurban. Kemudian membagikan daging, ke pihak membutuhkan atau tetangga sekitar.
Lazim terjadi di mana-mana, orang bersiap- siap masak besar. ssampai-sampai gerobak tukang sate tutup, karena setiap rumah sudah mengolah daging sendiri-sendiri.
Ya, nyaris setiap rumah pesta daging. Dan di meja makan setiap rumah, tersaji hidangan (umumnya) bersantan atau berminyak. Yummy, pasti lezat dan membangkitkan selera makan.Â
Tetapi perlu diingat ya, bahaya kolesterol yang mengintip. Apalagi kalau makannya berlebihan, hmmm musti waspada.
------
Masa PSBB di Tangsel masih diberlakukan, di penghujung bulan Juli di Joging Track Bxchange tampak sangat lengang.
Tiga Teman Ketapels berkesempatan hadir, di acara "Live Sharing Cholestalk" yang diadakan KALCare, didukung Klikdokter, Bintaro Jaya Echange dan tentunya Ketapels.
Acara digelar secara online (melalui IG Live), sementara untuk offline dihadiri secara terbatas. Di panggung permanen di area Jogging Track, acara bertajuk "Sambut Idul Adha Bareng Teman Makan Enak" diselenggarakan.
Penjelasan narsum Putri Wulandari, ahli gizi KALCare, sungguh mencerahkan saya pagi itu. Setidaknya membuat saya bersiap, kemudian menakar diri seberapa musti konsumsi daging kambing atau sapi.
