Prihatin, kalau mendapati pasangan suami istri sudah sepuh, tinggal berdua tanpa ada satupun anak mereka yang mau menemani. Terbayang bagaimana keseharian mereka, dengan tubuh ringkihnya tenaga yang lemah, tak leluasa bergerak dan beraktivitas. Â Â
Sementara anak-anak sudah besar, hidup berpencar di rumah sendiri sibuk dengan urusan keluarga masing-masing. Tak jarang, anak-anak tinggal berjauhan jarak, beda kota bahkan ada yang beda negara.
Kompasianer, mungkin masih ingat kabar di awal 2018, sepasang suami istri berusia lanjut ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Magelang, Jawa Tengah. Sutarjo (70 th) dan Surati (60 th), jasadnya hampir membusuk ketika ditemukan menantunya yang hendak menemui.
Hasil olah TKP, diperkirakan dua lansia meninggal dua tiga hari sebelum ditemukan. Diduga sang suami yang meninggal lebih dulu, kemudian menyusul sang istri yang menderita stroke.Â
Selama ini, sang istri dirawat oleh suaminya. Â Anak-anak mereka tinggal di luar kota, Â satu anak yang rumah paling dekat berkunjung setiap tiga pekan sekali.
Saya baru merasakan dan mengalami sendiri, pentingnya salah satu anak yang bersedia tinggal, menemani, dan merawat ayah dan atau ibu yang sudah sepuh. Â
Mungkin bagi sebagian orang, menjadi pilihan yang tidak mudah, apalagi kalau si anak sudah berkeluarga. Tetapi sepahit dan sesulit apapun, musti dijalani demi kebaikan bersama.
Memutuskan untuk tinggal bersama orangtua, kadang ada pihak yang menyalah artikan. Dianggap sebagai anak yang membebani orangtua, dianggap sebagai anak yang tidak siap mandiri dan seterusnya.
Biarlah, kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan opini yang terbentuk di benak orang lain. Tetapi (menurut saya) keberadaan anak, sangat diperlukan bagi orangtua yang sudah sepuh.