Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Semua Masalah Harus Curhat ke Orangtua

10 Februari 2019   07:19 Diperbarui: 10 Februari 2019   08:06 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sampai umur berapapun, anak-anak tetaplah dianggap anak-anak oleh orang tuanya, naluri melindungi tidak bisa dihilangkan begitu saja. Pun setelah si anak dewasa, menikah dan punya anak, ayah dan ibu tidak serta merta bisa merubah sikap dan kebiasaan terhadap anaknya.

Padahal seiring bertambah usia, (sadar atau tidak sadar) orang tua juga berubah, terutama secara fisik tidak seperkasa dulu. Pada usia senjanya, sudah seharusnya mereka hidup tentram, tidak lagi direpotkan urusan anak-anaknya.

Hal ini perlu disadari oleh kita anak-anaknya, bahwa setelah kita dewasa (otomatis) dituntut  pintar menempatkan diri dan tidak menyusahkan orang tua. Anak yang sudah baliqh (apalagi sudah berkeluarga pula), seharusnya (bahan wajib) mandiri berdiri di atas kaki sendiri.

Anak yang sudah dewasa dan orang tua masih sehat,  sebenarnya bisa menjadi kesempatan berbakti dan merawat ayah dan ibu. Sudah cukup dong, orang tua bersusah payah mendidik, membesarkan dan mengantar anak-anak ke jenjang yang lebih baik.

Kita sudah disekolahkan sampai tinggi, kerja di kantor bergengsi dengan gaji lumayan besar, masak nggak malu masih merepoti ayah ibu. Kalaupun (misalnya) belum diberi kemampuan merawat, setidaknya jangan menambah beban pikiran orang tua.

-oo0oo-

Dulu pada awal merantau, saya kerap berinteraksi dengan saudara (sudah menikah) terpaut usia sekira  8 tahun di atas saya. Kala itu, anak-anaknya (berarti keponakan saya) masih kecil, mengurus tiga anak dengan jarak dua - tiga tahun, terbayang bagaimana repotnya.

Satu nasehat terngiang saya jadikan pegangan kala itu, bahkan sampai sekarang setelah saya menikah dan beranak pinak. Nasehat ini seperti mengandung tuah,  apalagi waktu itu saya sedang pontang panting mencari pekerjaan dengan bekal ijasah SMA.

"Tidak semua hal harus diceritakan, kabarkan yang seneng pada orang tua, sementara cerita sedih itu disimpan sendiri saja" begitu nasehatnya.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Saat itu, hampir setiap hari saya keliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain, hingga mendapatkan pekerjaan menjadi pegawai rendahan. Meski dengan gaji sekedarnya, (karena nasehat itu) mulai tumbuh perasaan malu, untuk mengadu penderitaan yang dihadapi kepada orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun