Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bedanya Peringatan Hari Santri Tahun Ini

22 Oktober 2018   09:46 Diperbarui: 22 Oktober 2018   15:06 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
santri setelah 100 hari mondo- koleksi pribadi

Saking banyaknya hari peringatan, saya pribadi tidak terlalu hapal dengan persis tanggal dan hari yang sedang diperingati. Tahu-tahu membaca dari website, atau tiba-tiba melihat dan membaca spanduk, poster yang dipasang di area publik atau diundang dan hadir pada event peringatan hari tertentu.

Bisa jadi saya dan atai anda gagal menyebutkan dengan tepat, tanggal dan bulan diperingati Hari Bumi, Hari Air, Hari Buku, Hari Kaveleri, Hari PETA, Hari gizi dan pangan, Hari Dongeng, Hari Arsitektur, Hari Puisi, Hari Metereologi, Hari Perawat dan masih berderet panjang hari peringatan lainnya.

Biasanya saya dan atau anda mungkin sama, hanya menghafal hari yang mempunyai hubungan dengan diri sendiri. Bagi praktisi kesehatan, pasti hafal kapan peringatan hari gizi, bagi aktivis green atau lingkungan, saya yakin ingat dengan persis kapan peringatan hari bumi. Bagi yang suka dongeng, tidak bakal mengabaikan hari dongeng, begitu seterusnya.

Seperti hari ini tanggal 22 Oktober, (akhirnya saya ngeh) diperingati sebagai Hari Santri -- rasanya selanjutnya akan saya hapal hari santri ini. Peringatan hari Santri bagi saya dan istri, akan menjadi tonggak pengingat, karena anak kami menjadi santri sejak pertengahan tahun ini. 

Dari perjalanan seumur jagung tersebut, setidaknya kami mengenal meskipun masih seujung kuku bagaimana kehidupan menjadi santri.

****

Dari SD sampai Kuliah, saya menempuh jalur pendidikan di sekolah umum. Mata pelajaran agama Islam, diajarkan di kelas dengan porsi tidak terlalu banyak. Dalam tujuh hari masuk sekolah, kalau tidak salah ingat hanya dua atau empat jam pelajaran membahas materi Agama.

Saya sebatas menghapal materi pelajaran, tentang apa itu rukun iman, rukun islam, kemudian praktek sholat, mengaji, puasa dan pengetahuan dasar agama yang saya anut. Kebetulan lingkungan sekitar rumah tinggal, sebagaian besar muslim, saya kerap bareng teman mengaji ke masjid atau musholla.

Namun, ketika melihat anak-anak pesantren, saya merasa miskin ilmu agama. Pandangan saya tentang santri, mereka lebih banyak paham dalam hal agama. Sholat mereka lebih khusyu, puasa mereka lebih rajin, mengaji mereka lebih tartil, secara keilmuan agama anak pesantren melebih saya pastinya.

Atas dasar ilmu agama yang sekedarnya, maka saya  berniat mengirim anak ke Pesantren. Berharap anak saya, lebih menguasai ilmu agama dibanding ayahnya.  

Pesantren adalah Penempaan

Saya pernah berbincang, dengan seorang pembina sebuah Pesantren di daerah Pandeglang Banten. Si Abah, saya menyebutnya, sempat berujar, tentang paradigma masyarakat tentang pesantren yang perlu diluruskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun