Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kaitan Menikah dengan Mengatasi Bokek

20 September 2018   07:43 Diperbarui: 20 September 2018   10:45 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana jelang ijab kabul - insert tweet dari selebtweet| Koleksi pribadi

Beberapa hari lalu, ada yang menarik dan sempat riuh di twet land saya. Yaitu muncul cuitan, dari akun seorang selebtwit. Ya, saya menganggap si pemilik akun termasuk selebtwit, melihat jumlah pengikut yang sudah mencapai lebih dari seratus ribu.

Begini isi twetnya --saya tulis ulang ya-, "Kalau bokek bisa diselesaikan dengan nikah, lebih baik Kementrian Perekonomian diganti saja dengan Kementrian Pernikahan."

Sampai pagi ini -saat menulis artikel ini--, cuitan tersebut telah diretweet sebanyak 4.960 kali dan mendapat klik like sebanyak 2.148. 

Respon warganet beraneka macam, ada yang menanggapi santai sambil becanda. Ada juga yang meretwet, dengan balasan serius membawa-bawa keyakinan.

Saya pribadi, menganggap cuitan tersebut sebagai candaan belaka -- menilik beberapa tweet selebtwit memang suka bercanda.

Meskipun pada sisi lain, memantik untuk mencerna lebih dalam tentang esensi pernikahan. Setidaknya pengalaman saya--sepuluh tahun lebih menikah--, bisa dijadikan rujukan tentang kaitan menikah dengan terbukanya pintu rejeki.

-0o0-

Beberapa kisah pernah saya dengar dan atau baca, tentang pasangan penganten baru yang tinggal di rumah petak, hidup dengan penuh kesederhanaan bahkan prihatin. Namun seiring berjalannya waktu, karier sang suami meningkat dan secara otomatis mengerek kondisi perkonomian keluarga yang semula sederhana tersebut.

Coba saja, baca biografi beberapa tokoh ternama. Saat menikah, mereka benar-benar merangkak dari bawah penuh perjuangan. Almarhum Abdurahman Wahid atau Gus Dur contohnya, -- saya pernah baca di sebuah buku--di awal pernikahan hidup serba pas-pasan. Bahkan makan hanya nasi putih dan kecap, kemana pergi naik motor buntut.

Kemudian saya juga baca kisah Prof Renald Kasali, pada tahun awal pernikahan menyewa ruang di basement sebuah gedung. Sambil menyelesaikan kuliah, sang istri menjadi driver antar jemput anak-anak sekolah.

Dua nama pesohor tersebut, adalah sedikit dari banyak contoh orang yang awal mula menikah dari keadaan ekonomi yang tidak berkecukupan. Kemudian perjalanan waktu membuktikan, akhirnya mereka bisa menjulang secara karier dan materi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun