Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tugas Orang Tua adalah Pendampingan Bukan Menyelesaikan Masalah Anak

8 September 2017   09:18 Diperbarui: 9 September 2017   05:38 4201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kelahiran buah hati selalu dinanti -dokpri

Semilir pendingin ruangan menusuk pori pori, benak ini menebak remote AC menunjuk pada kisaran angka belasan. Namun kenyataan berkata lain, buliran keringat masih saja mengembun di dahi. Sama sekali tidak terpengaruh temperatur melingkupi, seolah melawan hukum sebab dan akibat.

Sesekali punggung tangan mengusap kening, menepis gulana  sedari awal mendekap perasaan. Sejak masuk di ruang longgar serba bersih putih, entahlah mengapa rongga dada ini mendadak terasa sesak dan sempit.

Kesibukkan dan obrolan terjadi di sekeliling, terasa senyap tak sanggup menggoyahkan gelisah. Penantian belum sampai ujung, menumpuk-numpuk gundah semakin tinggi.  

Seperempat jam jelang subuh, beban di pundak perlahan lahan luruh. Garis garis kaku di raut, memudar seolah mengalirkan darah sempat tersumbat. Dua ujung bibir tertarik melebar, membawa sepenuh diri kembali pada dunia nyata.

Suara tangis itu pecah, dari mulut makhluk mungil dinanti kehadiran. Bahagia begitu tumpah ruah, saat mendengar, melihat, menyentuh permata hati harta tak terganti.

Suhu ruangan kembali normal, badan berlapis kaos mulai merasakan kedinginan. Basah keringat meleleh sampai sudut mata, menguap hilang tak bersisa.

Saya ingin meyakinkan, bahwa pengalaman serupa mungkin juga ayah bunda alami dan rasakan. Melewati detik demi detik menegangkan, berjuang melampaui garis takdir kehidupan.

Menyandang predikat orang tua baru, sejatinya mengiringi tugas baru tak kalah menantang. Disadari atau tidak, kelahiran anak membukakan diri pada kelas pembelajaran. Kelas belajar seumur hidup, yaitu  belajar menjadi orang tua yang betanggung jawab.

Hakekat kehadiran anak adalah amanah, dipercayakan oleh Sang Maha Pencipta pada hambaNYA. Jangan siakan kepercayaan Sang Khaliq,  sebab masih banyak teman atau kerabat sedang diuji kesabaran. Mereka yang tak lelah memanggang harap, demi menanti kehadiran buah cinta.

Bayi dalam pelukan itu, pertahan tapi pasti tumbuh seiring bergulirnya waktu. Kebisaan demi kebisaan diraih, mula-mula bisa tengkurep, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari begitu seterusnya.

Semakin besar anak beranjak, secara alami mulai  membentangkan jarak.  Ada ruang kosong secara kasat  mata dan atau tidak, ruang kosong antara ayah bunda dengan anak kandungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun