Mohon tunggu...
AgungID
AgungID Mohon Tunggu... Insinyur - ayah yang berusaha menjadi ayah

menjadi anak yg menua atau anak yang menjadi dewasa adalah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Halte (Part 1)

20 Agustus 2015   11:01 Diperbarui: 20 Agustus 2015   11:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diantara penyebab macet ialah calon penumpang angkutan umum.
kenapa? karena mereka naik kendaraan umum disembarang tempat. Bukan dihalte.
Salah satu alasannya ialah karena menuju ke halte perlu jalan kaki 50 meter. 
Memang, tidak semua halte strategis letaknya. Jadi sah sah saja jika calon penumpang angkutan umum melambaikan tangan menghentikan angkutan yang lewat.Tetapi, tidak semua boleh begitu. idealnya kalau masih dirasa mungkin jalan menuju halte, ya kenapa tidak.Khususnya di daerah penggiran yang bersinggungan dengan akses gerbang tol.

Membiasakan diri menggunakan halte memang susah, tapi kalo prinsipnya mau sedikit usaha untuk menuju halte, itu lebih bagus. Hitungan waktu angkutan umum untuk berhenti mungkin hanya 5 detik, tetapi kalau dibelakang angkot itu panjang kendaraannya, maka dipastikan akan tersendat, karena semua akan ngerem. beberapa halte sudah sedemikian jalannya dibuat sedikit lebih lebar, dan kendaraan pribadi akan otomatis ambil jalur kanan, untuk menghindari tersendat oleh angkot tersebut.

Contoh peran serta masyarakat dalam membangun negara, bisa dimulai dengan hal kecil tersebut.

Halte juga perlu adanya tong sampah. Beberapa halte banyak jadi korban vandalisme, kalau ini biar aparat yang menertibkan.
Soal sampah, beberapa alasan, halte yang kotor oleh sampah hingga pengguna enggan untuk memanfaatkan halte tersebut, salah satunya dipicu oleh kebiasaan buang sampah secara sembarangan, semacam bungkus permen, puntung rokok, atau bahkan plastik gelas bekas air mineral, untuk beberapa sampah kecil tersebut tak mungkin juga dikantongin atau dimasukin tas, jadi tetap butuh tong sampah.

Lampu, siapa yang akan membenahi lampu halte jika tidak menyala ? nah ini perlunya penerangan agar halte benar benar layak untuk digunakan. Karena beberapa halte terkesan kotor, bau dan menyeramkan. Untuk itulah, perlunya gotong royong warga sekitar untuk membantu merawat halte tersebut, alangkah baiknya jika pengguna rutin halte, menyempatkan merawat halte tersebut secara bulanan/mingguan.

penutup
Penulis mengajak, mari gunakan halte tidak hanya tempat berteduh kala hujan. Kebiasaan baik merawat/menjaga fasilitas umum, tidak hanya buat pribadi, tapi juga bisa dicontohkan kepada anak2, bahwa halte adalah tempat umum yang harus manusiawi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun