Dalam hal ini penulis mencoba mengkupas tentang berbicara mengenai "intuisi dan nurani". Karena dalam hal ini akan banyak sekali tepatnya, untuk memperdalam dan mengkritisi pikiran kita terhadap intuisi dan nurani. Begitu juga dengan peran mereka dalam mengambil keputusan.
Kudengar "Aku berfikir, maka aku ada" adalah kata-kata dari seorang filsuf kuno. Tapi menurutku tidak demikian, kebanyakan masing-masing individu malah memikirkan orang yang lain. Andai saja, orang disana juga bagian dari diri kita. Maka maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berfikir sendiri.
Orang yang senantiasa berpikir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, artinya dia senantiasa membuat dirinya dinamis, produktif, dan mendaki menuju tangga-tangga kemuliaan. Ilmu bersifat bebas nilai maka itu orang yang berilmu bebas berekspresi dan mengekspresikannya dalam bentuk berpikir dalam koridor khazanah ilmu pengetahuan.
Itu yang menjadi fondasi akademisi menjadi seorang insan akademis dalam membangun budaya akademis. Orang yang memiliki budaya akademis harus dilandasi oleh keilmuan yang mapan, dengan kemapanan ilmu inilah dia berhak memperoleh predikat sebagai ulil albab.
Baca juga: Intuisi dalam Pengambilan Keputusan
Pemahaman tentang keilmuan memang sangat terbatas hanya sebatas berpikir manusia. Dalam perspektif agama, ilmu bersumber dari Sang Khalik. Ketika Tuhan hendak menciptakan manusia, tentu saja telah dibekali dengan seperangkat alat deteksi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Semua alat deteksi itu telah diciptakan pada diri manusia, berupa akal pikiran untuk mengkaji dan melakukan riset di dunia.
Demikian juga mata hati dan perasaan untuk merespons, menanggapi, menilai, memilih, dan melahirkan keputusan yang tepat dan benar, yang berpangkal pada suara hati kecil yang dikenal dengan "dhamir", yakni suara halus yang tidak pernah salah dalam memutuskan sesuatu.Â
Dengan seperangkat alat deteksi inilah yang telah dikontruksi Tuhan manusia dapat memberdayakan dunia untuk kebaikan kepada manusia atau kemaslahatan makhluk.
Dalam hal ini penulis mencoba mengkupas tentang berbicara mengenai "intuisi dan nurani". Karena dalam hal ini akan banyak sekali tepatnya, untuk memperdalam dan mengkritisi pikiran kita terhadap intuisi dan nurani. Begitu juga dengan peran mereka dalam mengambil keputusan.Â
Pada awalnya kita akan menemukan satu kasus, dimana kedua bagian otak melakukan riset terhadap kasus ini. Otak kiri berpikir lebih analitik, sedangkan otak kanan berpikir lebih intuitif. Maksud dari analitik itu lebih mengarah pada perhitungan yang logis dan realistis, kalau intuitif itu mengarah pada perhitungan yang bersifat perasaan dan imaginasi. Jadi otak kanan lebih logis, dan otak kiri lebih imajinatif.