Mohon tunggu...
Aveline Agrippina
Aveline Agrippina Mohon Tunggu... -

Aveline Agrippina atau pemilik nama alias Agripzzz ini lahir di tengah hiruk pikuk kota Jakarta menjelang akhir bulan April. Masih menetap sebagai seorang siswa dan blogger muda yang aktif di beberapa jejaring sosial dan sibuk meracik tulisannya dalam bentuk esai, puisi, sajak, ataupun cerpen. Aktif sebagai blogger sejak 2005 setelah tersesat di sebuah jaringan maya yang bernama Friendster. Lalu menyebarkan dirinya melalui berbagai macam situs. Senang melancong dan berkelana ke manapun dia akan menjejakkan kakinya di kota manapun, laut yang akan dia sebrangi, ataupun gunung apapun yang akan dia daki. Masih berpikir ke mana akan dia bawa naskah-naskah kumpulan puisinya yang telah menumpuk di atas mejanya. Sesekali memberanikan diri mengirimkan naskahnya dengan modal nekad karena tanpa pengalamannya. Tukang begadang di tengah malam sambil mendengarkan lagu instrumental ataupun jazz. Menurutnya, jazz adalah sebuah kebangkitan dari hidup. Bukan pop, rock, ataupun heavy metal. Masih juga tergila-gila dengan buku yang beraroma sastra, bermain sebagai orang di belakang lensa, pengedit naskah, dan sebagai pelancong ke negeri antaberanta. Berobsesi ke Papua, mendaki Cartenz Pyramid. Dan, kalau Tuhan mengizinkan, dia ingin mati setelah mengibarkan bendera Indonesia untuk kesekian kalinya di sana. Katanya bahwa Papua adalah seperti dirinya, ada namun selalu tak pernah diperhatikan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Tentang Negeri Impian

18 Februari 2010   06:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:52 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada sesuatu yang dapat lagi kubawa ke dalam mimpi
Tentang sebuah masa depan yang begitu baik
Menceritakan harapan-harapan yang tak pernah sirna

Bukan cerita tentang permusuhan dan argumentasi
Debat memenuhi layat televisi yang mulai bersemut
Ayah yang tua pun bosan menyaksikannya

Tak satu dua penduduk yang mengharapkan perubahan
Mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka
Walau ke depannya hanya sebagai pegawai negeri

Tak ada lagi mereka yang harus mati kelaparan
Memakan sampah atau melepaskan jiwa anaknya
Jualah menggali kubur mereka sendiri

Tanah ini mencukupkan anak-anak yang menginjakkan kakinya
Mereka menaruh kasih sayang kepada negerinya
Mereka tahu rasa terima kasih yang berlimpah tiada tara

Tak ada air mata penuh belas kasih untuk mengemis
Tawa dalam gelaknya terdengar dari berbagai penjuru mata angin negeri
Tiada lagi mereka rakus duduk di kursi parlemen dan memakan uang


Televisi bersemut tak dipenuhi kemasan politik bau sinetron
Ayah tetap setia duduk menyaksikan acara musik tempo dulu
Berita mulai bernuansa warna-warni

Dan... kuinsafi: ini hanya sekadar mimpi

Jakarta, 17 Februari 2010 | 22.22
AA - dalam sebuah inisial

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun