Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berhaji dengan Senang Hati (Bagian Tujuh - Utamakan yang Wajib)

13 Juni 2022   10:33 Diperbarui: 13 Juni 2022   10:46 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Godaan saat haji adalah ikut tur yang cukup melelahkan. Jika tidak hati-hati, malah bisa sakit saat ibadah wajib telah tiba waktunya/dokpri

Ibadah di Tanah Suci punya nilai pahala yang sangat berlipat. Karena itu tak heran jika banyak orang yang berburu keutamaannya.

Misalnya, saat berhaji, biasanya haji gelombang awal akan berada di Madinah terlebih dahulu. Di sini, disunnahkan untuk sholat wajib 40 kali berjamaah di Masjid Nabawi atau setara delapan hari berturut-turut dari Isya, Subuh, Dhuhur, Asar, Magrib terus berjamaah. Rata-rata jamaah akan mengejar ini. Namun, karena pemerintah kita biasanya hanya membuat jadwal yang sangat pas (sekitar 8 hari pas), jika terlewat satu kali tentu sering ada yang merasa menyesal. Akibatnya, beberapa jamaah, sering kali memaksakan diri.

Sebagai gambaran (ini dalam kondisi kami berhaji di tahun 2017), biasanya jamaah akan berangkat dari sekitar jam 3 pagi (sekalian sholat malam / tahajud) lalu dilanjut hingga subuh. Beberapa melanjutkan hingga dhuha sampai sekitar pukul 9 pagi. Pada jam ini, jamaah dipersilakan mencari sarapan sendiri karena memang tidak ada jatah sarapan.

Lalu, jatah makan siang---jika lancar waktunya---diberikan pada kisaran waktu pukul 12 setempat. Padahal, saat itu jamaah sedang mengejar sholat dhuhur berjamaah. Beberapa jamaah, jika lokasi tempat tinggal lumayan jauh biasanya akan malas untuk balik makan siang. Mereka memilih untuk bertahan sampai waktu asar sekitar jam 3-an. Setelah asar, baru mereka pulang dan memakan jatah makan siang.

Harus pandai mengatur jam makan agar tidak kehilangan energi saat ibadah/dokpri
Harus pandai mengatur jam makan agar tidak kehilangan energi saat ibadah/dokpri

Sebelum magrib, mereka sudah berusaha kembali ke masjid untuk mengejar jamaah Magrib dan biasanya dilanjut menunggu sampai Isya. Jatah makan malam biasanya dikirimkan sekitar waktu magrib. Namun, karena mengejar Isya, mereka baru bisa menikmatinya malam setelah pulang. Dalam pengalaman kami di tahun 2017, kami baru pulang sampai hotel sekitar pukul 9 malam.

Sekadar gambaran, sebenarnya di jatah makanan itu tertulis, makanan lebih baik dimakan paling lambat pukul 16 untuk makan siang dan pukul 19 untuk makan malam. Tapi pada praktiknya, untuk mengejar keutamaan sholat di masjid, makanan itu baru bisa disantap melebihi jam yang dianjurkan.

Dalam kondisi seperti itu, sebagai pendamping jamaah yang sudah lansia, perlu mengantisipasi beberapa kemungkinan.

  • Sebagai pendamping, Anda mungkin harus "rela" untuk tidak mengejar keutamaan jamaah di masjid Nabawi. Ini terjadi jika lansia yang Anda dampingi tidak mungkin mengikuti jadwal seperti yang sudah kami gambarkan di awal tadi. Sebab, biasanya para lansia itu punya jadwal makan yang perlu didampingi dengan minum obat---jika ada yang sakit atau memang sedang dalam kondisi perawatan---pada jam-jam yang sudah ditentukan untuk menjaga kondisinya.
  • Dalam beberapa kondisi, kadang jamaah lansia pun kadang ingin memaksakan mengejar keutamaan Sunnah tersebut. Anda perlu lebih tegas untuk melihat kondisinya. Jangan sampai, mengejar yang Sunnah, tapi mengorbankan kondisi sehingga malah jatuh sakit yang malah ujungnya membuat nanti yang wajib jadi terhalang.
  • Ekstra sabar untuk menjelaskan kondisi yang terjadi. Ini terjadi saat lansia yang didampingi mungkin memaksa untuk bisa mengejar keutamaan tadi. Beri pengertian bahwa ibadah haji masih cukup lama waktunya dan ada beberapa ibadah wajib yang menguras fisik saat wukuf di Arafah. Bukan melarang, namun jika memang kondisinya kurang bagus, perlu diberi pemahaman dengan baik dan sopan.

Intinya, ada beberapa hal yang perlu disepakati sejak awal terkait dengan kondisi orang tua atau lansia yang kita dampingi.

  • Ibadah Sunnah sangat dianjurkan, tapi yang wajib lebih utama untuk dikejar.
  • Ada jam-jam tertentu yang mungkin perlu diperhatikan terkait dengan minum obat, sehingga harus disesuaikan.
  • Ingat masa haji biasanya cukup lama. Wajib simpan tenaga untuk mengejar yang paling afdhol, yaitu rukun haji itu sendiri (bagian paling wajib lebih diutamakan).
  • Tidak semua orang bisa membantu setiap saat. Jadi, ketika memang jam-jam sholat wajib dan pendamping memilih untuk pergi ke Masjid, perlu disampaikan agar orang tua atau lansia harus menerima. Namun, tentu ini pun juga jangan sampai malah membuat saling emosi akibat kedua pihak---yang tua dan muda---tak mau saling mengalah.
  • Hitung jarak dan waktu tempuh dari hotel ke tempat ibadah. Ini perlu untuk memperkirakan waktu makan, waktu istirahat, dan waktu penting lainnya terkait ibadah yang hendak dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun