Mohon tunggu...
agnes rajagukguk
agnes rajagukguk Mohon Tunggu... -

Sebuah bintik kecil.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Kebhinnekaan dengan Mengingat Kembali Pelajaran Sejarah

28 Desember 2016   15:00 Diperbarui: 28 Desember 2016   21:52 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini kita juga sedang merasakan hal yang sama. Walau tidak sedang dijajah, negeri kita sedang dipecah belah. Pemecahbelahan ini sepertinya memang berjalan perlahan. Namun bukan tidak mungkin era perpecahan akan menyambut kita.

Fokus pada persamaan

Untuk hidup bersama kita tak mesti jadi sama. Di Indonesia, untuk menikah saja kita minimal punya satu perbedaan; perbedaan jenis kelamin. Jadi mengapa kita harus menjadi sama untuk duduk bersama di suatu negara?

Masih ingat bagaimana para pejuang dulu akhirnya bisa mengproklamasikan kemerdekaan? Mereka memulainya dengan bersatu. Mereka mengenyampingkan perbedaan yang ada (warna kulit, suku, agama) lalu duduk bersama dalam Sumpah Pemuda. Mereka mencari kesamaan dari Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan lain-lain.

Bukan berarti para pejuang kita dulu sama. Mereka berbeda warna kulit, suku, daerah, pendidikan, agama, dan sekian perbedaan lainnya yang mungkin jika saya jabarkan tak muat untuk ditulis. Tapi mereka bukan fokus pada perbedaan. Mereka fokus pada persamaan. Persaamaan itu jelas tertera dalam Sumpah Pemuda yang berbunyi demikian,

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Jika bukan karena Sumpah Pemuda, jika bukan karena bersatu, jika bukan karena fokus pada persamaan bukan tidak mungkin sampai saat ini kita masih belum merdeka. Jika hanya fokus pada perbedaan, kita hanya akan melebarkan jurang pemisah dan menjadi musuh bagi daerah lain.

Saat ini, saat kita dalam mempertahankan kemerdekaan, saat isu-isu perbedaan pecah tak beraturan, mari kita ingat lagi pelajaran kita di Sekolah; PPKN dan Sejarah. Mari kita ingat cerita yang seharusnya tak kan pernah pudah dimakan waktu. Mari buka buku Sejarah. Kejadian yang hampir sama pernah melanda negeri. Dan para pejuang memilih untuk bersatu, memilih untuk berjuang bersama. Saat tongkat estafet itu datang ke kita, apa pilihan kita?

Kesatuan dalam kebhinnekaan, itu semboyan negara kita. Jika sampai ada yang memecah belah kita, ingat lagi sumpah pemuda. Jika ada yang mengobrak-abrik kita, pandang itu lambang negara lalu baca tulisan yang terpampang. Jika kita sampai pada saat ini tanyakan pada dada kita, masihkah Bhinneka Tunggal Ika berdebar di sana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun