Mohon tunggu...
Agit Pratomo
Agit Pratomo Mohon Tunggu... Aktor - www.airtiga.com

Berbagi mengenai Dunia Air Minum, juga bisa dilihat di www.airtiga.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melihat Hebatnya Teknologi Daur Ulang Sampah dan Air di Singapura

26 Januari 2017   12:16 Diperbarui: 26 Januari 2017   12:44 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semangat untuk selalu menjalin kekompakan terus tetap menyala. Itulah yang mendorong kami Alumni Teknik Lingkungan ITB 82 untuk pergi jalan-jalan bersama. Tadinya semangatnya sekedar jalan bareng. Ini digagas pada waktu kami jalan-jalan bareng ke Cirebon. Di pertemuan tersebut kami sepakat untuk pergi ke Singapura bersama. Waktu itu juga tidak serius sekali, bahkan mungkin masih berupa angan-angan. Namun dengan berjalannya waktu ide tersebut dapat kami wujudkan. Namun kami tidak hanya sekedar jalan-jalan, inginnya ada pembelajaran yang didapat.  Oleh karena itu kami ingin mengunjungi destinasi yang terkait disiplin ilmu kita, sehingga kami berencana membuat agenda dengan destinasi kunjungan yaitu Incinerator (Pembakaran Sampah), Samwoh Eco Building (Recycling), Newater (pengolahan air minum) dan URA (Urban Redevelopment Agency).

Supaya kelancaran pelaksanaan kunjungan selama di Singapura, kami bekerjasama dengan InSuwa (Indonesian Solid Waste Association). InSUWA saat in diketuai oleh alumni senior Teknik Lingkungan yang merupakan pakar persampahan di Indonesia yaitu Ibu Sri Bebasari. Dengan bantuan Insuwa kami menjadi mudah untuk memasuki Venue yang dituju.  Sebelum berangkat kami mendapatkan materi terkait persampahan, sehingga ada sedikit bekal, karena tidak semua Alumni TL 82 bekerja di sektor persampahan.

Konsep perjalanan ke Singapura ini selain bertujuan untuk belajar, uniknnya adalah menggunakan metoda backpacker alias paket hemat. Sehingga mulai dari penerbangan, penginapan dan transportasi dipilih moda yang efisien. Penerbangan menggunakan low cost carrier. Penginapan kami menginap di Apartment di sekitar. Hanya untuk transportasi kami menggunakan BMW, bukan mobil mewah itu, tapi kemna-mana naik Bus, MRT dan Walking (BMW). Sehingga biaya hemat tapi seru makanya kita namakan “Singapore Enviromental Adventure”.

Rombongan kami terdiri dari 10 (sepuluh) orang yaitu Danny Supangat, Achmad Danial, Uus Mustari Iskandar, Amar Sukmarahad, Rudy Yuwono, Renni Suhardi, Reny Soemartini, Anor Sihombing, Agit Pratomo dan Andik (InSUWA TL 2000).  Sesungguhnya kami dari beragam latar belakang pekerjaan mulai dosen, konsultan, kontraktor, praktisi air bersih, dan tentunya praktisi persampahan. Berangkat dari Jakarta tgl 21 Oktober 2016 dengan pesawat paling pagi. Di Changi kami dijemput oleh Rajesh yang merupakan perwakilan dari WMRAS (Waste management & Recycling Association of Singapore) dimana merupakan mitra kerja dari InSUWA. Rajesh yang akan mendampingi kami di hari pertama.

Kunjungan kami pertama adalah ke Samwoh Eco-Green Building, dimana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Recycling terkait dengan konstruksi infrastruktur. Perusahaan ini dapat me-recycling beton, aspal dan karet yang bisa dipergunakan kembali untuk kontruksi bangunan ataupun jalan. Research & Development mereka sangat maju, sehingga produk mereka sudah banyak dipergunakan di Singapura untuk konstruksi jalan, runway Bandara Changi, dan pilar-pilar beton. Bahkan Gedung Perkantoran perusahaan tersebut semuanya dibuat dari bahan recycle. Walaupun produk recycle namun beton dan konstruksi jalan yang dihasilkan tidak kalah dengan produk konvensional karena telah diuji melalui proses quality control yang sangat cermat. Jadi boleh dikatakan bahwa semua bahan-bahan atau material bekas di Singapura dapat dipergunakan kembali. Sungguh mereka tidak menyerah dengan keterbatasan, melainkan menjadikan peluang untuk selalu kreatif dan berinovasi.

Kemudian kunjungan dilanjutkan ke tempat pengolahan sampah yang menggunakan metoda pembakaran yaitu Tuas South Incineration Plant (TSIP). Tidak seperti tempat pengolahan sampah di Indonesia, TSIP kondisi bersih, rapi dan tidak berbau. Lahan TSIP seluas 10.5 hektar merupakan lahan reklamasi. TSIP mempunyai kapasitas 3.000 ton sampah per hari. Selain itu dari panas yang terjadi dapat diubah manjadi tenaga listrik yang dapat dijual ke masyarakat dan dan industri.

TSIP ini menghasilkan listrik sebesar  80 MW. Sehingga penghasilan TSIP selain iuran dari warga juga didapatkan dari penjualan listrik. Walaupun lokasinya terletak tidak jauh dari pemukiman, TSIP tidak mencemari lingkungan, karena karena kadar emisinya seperti dioxin hanya 0.075 ng TOQ/Nm3 yang dihasilkan sangat kecil dibawah standar yang ditentukan (0,1 ng TOQ/Nm3. Sisa pembakaran yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dalam abu (ash), dipergunakan untuk reklamasi pulau baru Semakau, sehingga dapat memperluas area lahan untuk pemukiman. Jadi semua bagian dari sampah dapat dimanfaatkan, tidak ada yang tersisa sama sekali. Peralatan yang digubakan sangat modern dan menggunakan teknologi terkini sehingga menjamin tingkat efisiensi yang tinggi dan sangat handal.

Pada hari kedua kami mengunjungi NeWater. Tempat ini terbuka untuk umum, hanya perlu registrasi secara online sebelumnya, supaya kehadiran pengunjung dapat diatur dan nyaman. Di hari kedua ini kami jalan sendiri, tanpa pendamping dari organisasi/lembaga yang ada di Singapura. Kami menggunakan MRT dan turun di stasiun Tanah Merah, kemudian dilanjutkan dengan Bus, serta sedikit jalan kaki. Untungnya semua peserta tetap semangat, dan siap dengan petualangan. Kebutuhan air di Singapura dicukupi dengan 50 % impor air dari Malaysia, 30 % saat memanfaatkan air recycling yang diolah oleh NeWater, dan 20 % lainnya memnafaatkan air hujan dengan menampung di Waduk (Reservoir) serta desalinasi (mengolah air laut).

Pada tahun 2060 nanti direncanakan air recycling akan mencapai 50 % sesuai dengan Master Plan-nya. Semua air limbah baik yang berasal dari rumahtangga (domestic), industri, perkantoran dan lain-lain di tampung melalui jaringan pipa yang kedalamannya 50 meter dan kemudian ditampung Waduk (Reservoir) di kawasan Changi serta di-reklamasi istilah mereka. Hal ini berarti air limbah tsb diolah sehingga siap menjadi air baku untuk air minum. Selanjutnya air tersebut diproses menggunakan teknologi Ultrafiltrasi, Reverse Osmosis dan Ultra violet untuk disinfectannya, sehingga siap didistribusikan serta bisa langsung diminum.

Yang menarik di area Water Treatment Plant ini  sekaligus dibuat sebagai sarana edukasi dimana pengujung disuguhi Video tentang betapa berharganya air, ada games tentang air air tentunya sangat disukai oleh anak-anak dan remaja, kemudian proses pengolahan air yang ditampilkan dengan visualisasi yang menarik dan mudah dipahami berbagai kalangan termasuk masyarakat awam. Kemudian dipandu dengan pemandu yang bisa mmenyesuaikan pengunjungnya. Di akhir sesi kita diberi air kemasan yang siap minum dimana merupakan produk NeWater. Walapun air recycling rasanya tidak kalah dengan air kemasan biasa.

Kemudian kami berkunjung ke URA (Urban Redevelopment Agency) dimana ada museum perkembangan Singapura dari berupa kampung pada waktu 40 (empat puluh tahun) tahun hingga sekarang, serta rencana Singapura ke depan. Sungguh patut dicontoh, mereka mempunyai perencanaan yang matang dalam jangka panjang dan konsisten untuk merealisasikan pelaksanaannya.  Walaupun kalau di Indonesia semacam Bapeda-nya, namun dapat ditampilkan secara menarik. Di Mesium ini juga terdapat maket Singapura ke depan, terlihat bahwa Singapura luasnya sudah betambah 20 %, yang tadinya di pinggir sekarang di tengah kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun