SOSIALISASI ONLINE TENTANG PEMAHAMAN POLA MAKAN SEHAT DAN SEIMBANGAT DAN SEIMBANG SELAMA PANDEMI COVID 19 MELALUI GOOGLE MEET
Agis Mustaghisa
Progam Studi S1 Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang Â
agismustaghisa11@gmail.com
Abstrak
Pembangunan SDM akan berkaitan dengan asupan gizi pada setiap masyarakat. Namun, rendahnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya gizi dan masalah kesehatan dari gizi (nutrition-related health problem) muncul dapat meningkatkan resiko masyarakat terkena berbagai penyakit, seperti stunting, anemia, marasmus, gondok, dan sebagainya. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pola makan sehat selama pandemi Covid 19 di lingkungan RW. 01, Desa Kebonagung, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Metode yang dilakukan untuk kegiatan ini diawali dengan pembagian angket online untuk mengukur tingkat pemahaman masyarakat mengenai pola makan sehat dan seimbang kemudian pemberian materi mengenai pola makan sehat melalui google meet. Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari angket online yang sudah disebar, terdapat 50% warga belum melakukan pola makan sehat dan seimbang. Dari kegiatan yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa masih ada masyarakat yang belum bisa memahami konsep gizi seimbang terutama berkaitan pada identifikasi makanan bergizi seimbang dan manfaat gizi seimbang untuk pola makan yang sehat.
Â
Kata kunci: Gizi Seimbang, Sosialisasi Online, Covid 19
PENDAHULUAN
Pembangunan SDM akan berkaitan dengan asupan gizi setiap masyarakat. Rendahnya pemahaman tentang pentingnya gizi dan masalah kesehatan dari gizi (nutrition-related health problem) muncul dapat meningkatkan resiko masyarakat terkena penyakit seperti stunting, anemia, marasmus, gondok, dan sebagainya. Seiring juga dengan terjadinya nutrition transition akibat perubahan teknologi baik transportasi dan komunikasi yang membuat masyarakat cenderung sedentary atau biasa juga disebut sebagai gaya hidup kurang gerak atau kebiasaan tidak banyak melakukan aktivitas, dan juga teknologi pangan yang menyediakan pangan dengan kemasan dan pengolahan atau penyajian yang ‘cepat’ (fast food) tentunya membuat masalah kesehatan terkait gizi semakin tinggi(Popkin et al., 2012).