Lalu apakah setelah bulan Ramadan berlalu maka serta merta suasana kondusif yang terbangun oleh sebab bulan suci ini akan turut raib begitu saja? Semestinya tidak. Selayaknya orang yang sudah dilatih, maka hasil latihan tersebut sayogyanya dipraktikan untuk periode-periode selanjutnya.Â
Ketika seseorang sudah terbiasa untuk menahan emosinya di bulan Ramadan maka pasca Ramadan berlalu hal itu seharusnya akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam hal kendali diri.Â
Dengan kata lain si bos yang punya kebiasaan gampang meluapkan amarah menjadi lebih slow dalam bersikap. Rekan-rekan kerja yang gampang panas menjadi lebih berfikir panjang sebelum menaikkan level emosinya.
Emosi orang per orang yang menjadi awal dari terciptanya iklim kerja kondusif atau sebaliknya terkadang menjadikan kita tanpa sadar berharap sesuatu yang berlebihan. Berharap agar si bos segera pensiun, gembira ketika sang atasan tidak masuk kerja, sumringah ketika rekan kerjanya resign kerja, dan lain sebagainya. Tapi tanpa dinyana Ramadan ternyata memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan di lingkungan kerja menjadi seperti yang kita harapkan.
Apakah ini memang merupakan peran dari Ramadan? Ataukah dari sisi pribadi kita masing-masing yang berkenan untuk menata diri sehingga harmoni kerja dapat tercipta? Bagaimanapun Ramadan "hanya" menjadi jembatan penghubung atas diri kita yang sekarang dengan diri kita yang "sebagaimana mestinya".Â
Pada akhirnya semua akan kembali pada diri kita masing-masing apakah berkenan menempa diri sebagaimana pelatihan yang diajarkan oleh bulan Ramadan ini atau tidak. Ramadan memberi kita kesempatan kita untuk berubah. Pertanyaannya, apakah kita berkenan untuk mengikuti perubahan itu?
Lingkungan kerja yang kondusif, bersahabat, dan harmonis hanyalah sebuah pilihan untuk kita ambil atau kita abaikan. Dan pilihan itu memerlukan integrasi serta kerelaan semua pihak terkait untuk saling mendukung satu sama lain. Hal ini memerlukan kebesaran hati perihal siapa yang bersedia untuk menekan egonya atau tidak.
Salam hangat,
Agil S Habib