Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Merasa Adik Kelas Sekolah-Kuliah Lebih Sukses Berkarier Bukan Berarti Kita Mempunyai Karier yang Gagal

7 April 2021   08:09 Diperbarui: 7 April 2021   08:18 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : social.hays.com

Dalam beberapa kesempatan kita mungkin menyaksikan posting kondisi terkini dari teman-teman seangkatan sekolah ataupun kuliah di media sosial (medsos) yang terlihat sudah memiliki karier yang cukup berhasil. Demikian halnya saat melihat beberapa kakak kelas semasa pendidikan dulu juga sudah menjalani karier profesi yang cukup baik. 

Mereka terlihat begitu bahagia dengan apa yang sudah diraihnya. Rona wajah yang cerah dan sesungging senyum sumringah yang seakan ingin menunjukkan kepada kita bahwa mereka sudah jauh lebih baik kondisinya dibandingkan dimasa lalu. Sebagai "mantan" teman satu angkatan ataupun adik kelas kita bisa jadi merasa iri dengan raihan itu. Berharap bahwa kitapun bisa menjadi sebaik mereka. Bisa menunjukkan kepada orang lain terutama orang-orang yang mengenal kita bahwa kita juga tidak kalah sukses dalam meniti karier.

Namun perasaan gelisah tatkala melihat pencapaian yang dilakukan orang lain sepertinya tidak akan sebesar ketika seseorang melihat adik kelas atau adik angkatan pada masa pendidikannya dulu yang berhasil meraih karier lebih sukses dari dirinya. Apalagi ketika mereka pernah terhubung satu sama lain saat sama-sama masih menjalani masa studi. 

Dengan ia sebagai senior yang barangkali turut melakukan aktivitas ospek, kaderisasi, orientasi, dan sejenisnya. Sebagaimana umumnya hubungan senior dan junior di lingkungan akademik umumnya sosok senior merasa lebih unggul ketimbang adik kelas angkatannya. Minimal dari sisi keberadaan dan usia yang membuat mereka merasa seperti itu.

"Kita pernah menjadi adik kelas, rekan sekelas, ataupun kakak kelas bagi orang lain yang mungkin memiliki raihan karir lebih buruk, sama, atau bahkan lebih baik dari kita. Dan kesuksesan kita sendiri sebenarnya tidaklah ditentukan oleh apa yang sudah mereka raih, melainkan dari seberapa baik kita mensyukuri pencapaian diri kita sendiri."

Ketika beberapa periode berlalu setelah senior dan junior sama-sama telah melalui masa-masa pendidikan dan kini menjalani kariernya masing-masing tidak menutup kemungkinan bahwa si senior akan menapaki kesuksesan yang lebih baik daripada juniornya atau sebaliknya. Dalam hal ketika junior atau adik kelas berhasil mendapatkan pencapaian karir yang terlihat lebih hebat, lebih mentereng, serta lebih populer maka tidak jarang diantara para "mantan" senior tersebut yang merasa gagal akan dirinya. 

Merasa tidak cukup layak diapresiasi dalam pekerjaan. Merasa tidak cukup cakap atau kalah cakap dibandingkan mantan adik-adik kelasnya tersebut. Bahkan ada yang merasa bahwa melihat sosok adik kelas yang lebih berhasil merupakan sebuah "karma" yang mesti mereka dapatkan akibat sikapnya dulu yang cenderung merasa unggul sebagai senior.

Bagaimanapun juga setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing. Terlepas masa lalunya itu merupakan sesuatu yang layak untuk dibanggakan atau sebaliknya patut dilupakan. Jikalau memang ada tindakan kita dimasa lalu yang membuat kita merasa bersalah kepada orang lain maka jalan terbaik adalah dengan mengutarakan maaf kepada yang bersangkutan seraya mendoakan dan memberikan apresiasi yang pantas kepada orang-orang terkait. Kita tidak akan pernah bisa memutar kembali ke masa lalu terlebih mengubahnya. 

Sekarang adalah titik awal untuk melihat hari esok dan masa depan yang lebih baik. Melihat kesuksesan orang lain khususnya mereka yang pernah menjadi adik kelas kita tidak menjadi penegasan bahwa kita sebenarnya tidak lebih baik dari mereka. Terkadang sangkaan kita terhadap apa yang sudah kita raih justru membuat kita lupa untuk bersyukur dengan apa yang sudah kita dapatkan.

Kegagalan dalam karier seseorang bukanlah saat ia melihat orang lain utamanya mantan adik kelasnya lebih sukses berkarier daripada dirinya. Justru seharusnya ia merasa bangga karena pernah menjadi bagian dari sosok yang mereka kenal itu. Kegagalan itu sendiri adalah saat kita bertindak sebagai sosok yang tidak bersyukur dengan raihan apapun yang pernah kita dapatkan. Setiap orang memiliki definisi suksesnya masing-masing. Sehingga gelisah atau bahagianya diri sangatlah bergantung pada definisi tersebut.

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun