Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Nama Aliasmu Lebih Dikenal Ketimbang Nama Aslimu Sendiri

17 Januari 2021   05:03 Diperbarui: 17 Januari 2021   05:43 7095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nama alias dari nama-nama seseorang | Sumber gambar : wallpaperwalucu.blogspot.com

Pernah dengar nama Edson Arantes do Nascimento? Mungkin di telinga kita terasa asing sekali. Padahal ia merupakan nama dari salah satu sosok pesepakbola legendari asal Brasil, Pele. Kalau menyebut nama Pele pastinya lebih familiar, bukan?

Kemudian pernah mendengar nama Ir. Lies Hartono? Bisa-bisa dahi kita mengerut mendengar nama itu. Siapakah ia gerangan? Tapi kalau disebut nama Cak Lontong pasti kita paham. Seorang komedian terkenal dengan petuah khasnya, "Mikir.".

Kalau saya sebutkan penulis terkenal bernama Darwis maka karya apa yang kalian ingat? Sebagian mungkin langsung ngeh dengan siapa sosok ini. Tapi sebagian yang lain bisa jadi bertanya-tanya siapa gerangan dirinya. Namun ketika disebut nama Tere Liye apakah itu membuat kita lebih mudah menebak hasil karyanya? Bagi pecinta novel jawabannya sepertinya hampir pasti "Iya.".

Ada begitu banyak nama alias, nama panggung, atau nama panggilan yang bahkan jauh lebih diketahui ketimbang nama aslinya. Bukankah ada banyak orang di sekitar kita yang memiliki situasi serupa? Atau bisa jadi diri kita sendirilah yang mengalami hal itu.

"Terkadang nama alias atau nama panggilan itu justru membuat kita lebih mudah dikenang oleh orang lain. Terlepas dari ungkapan bahwa nama adalah doa, tentu kita berharap bahwa 'label' penamaan yang melekat pada diri kita memberikan sisi keuntungan dan kebahagiaan dalam banyak hal."

Suatu ketika ada seorang atasan di tempat kerja yang dilapori kondisi anak buahnya bernama katakanlah Ismanto. Tapi atasan tersebut lantas bertanya tentang siapa gerangan anak buahnya yang dilaporkan itu. Orangnya yang mana? Mengerjakan tugas apa? Sekilas terasa aneh ketika seorang atasan tidak tahu siapa anak buahnya dan mengerjakan apa. 

api selepas pemberi laporan itu menyebutkan nama "populer" yang bersangkutan yaitu Pak Takur sang atasan pun langsung paham siapa yang dimaksud. Entah asal muasalnya seperti apa sehingga sang anah buah tadi diberikan nama itu. Memang sudah dari sononya atau karena dulu ada yang pernah menjulukinya demikian.

Sebutan nama Takur sendiri pasti cukup populer di telinga kita sebagai salah satu nama yang paling sering digunakan pada film-film India. Ternyata saudara Ismanto tadi menurut pendapat sebagian orang wajahnya mirip orang India, meski sebenarnya tidak memiliki darah keturunan orang India.

Sementara otak kita ketika menyebut kata India umumnya akan terafiliasi dengan sosok populer Inspektur Takur. Dan saudara Ismanto ini sepertinya menjadi "korban" teman-temannya yang menganggap dirinya memiliki wajah khas orang India itu.

Semasa kecil dulu saat bermain dengan teman-teman sepermainan cukup sering diantara kita menciptakan nama alias yang lucu-lucu sebagai nama panggilan satu sama lain. Tapi lama-kelamaan sebutan itu seakan begitu melekat pada seseorang sampai-sampai yang baru kenal dengan mereka pun mengira bahwa nama alias itu adalah namanya yang sebenarnya.

Bagi sebagian orang mungkin ada yang santai-santai saja ketika dirinya dipanggil dengan nama-nama unik tersebut. Tapi tidak jarang yang justru merasa tersinggung tatkala disematkan nama unik tadi kepadanya.

Kembali pada tokoh Pele, ia sebenarnya tidak senang tatkala teman-temannya memanggilnya dengan sebutan itu. Ia lebih senang dipanggil Edson atau sesuai nama aslinya. Tapi beberapa tahun kemudian ia akhirnya menerima takdir penyebutan namanya itu yang justru membuatnya terkenal ke seantero dunia sampai saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun