Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bertukar Peran dalam Rumah Tangga Keluarga Pekerja

9 November 2020   10:52 Diperbarui: 9 November 2020   11:00 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga | Sumber gambar : www.foryourmarriage.org

"Istana yang paling indah adalah keluarga. Apapun hal yang menyertainya keluarga tetap harus mendapatkan perhatian cukup dari segenap anggotanya. Saling memahami satu sama lain dan tetap peduli meski dihadapkan pada situasi serba terbatas. Hal itulah yang menjadikan keluarga kita tetap berkualitas."

Sesama anggota keluarga diharapkan bisa saling melengkapi satu sama lain, saling membantu meringankan beban masing-masing, dan tidak alergi untuk mengambil alih peran anggota keluarga yang lain jikalau kondisinya menyeru demikian. Bukan sesuatu yang diharamkan bagi sosok suami untuk bekerja di dapur menjalankan beberapa peran yang selama ini dikerjakan sang istri. 

Meski tidak semua pekerjaan suami lantas bisa diambil alih sepenuhnya oleh sang istri. Namun poin pentingnya adalah setiap peranan yang disepakati dikerjakan dalam sebuah keluarga hendaknya bukan menjadi sesuatu yang kaku sehingga tatkala salah seorang yang mengerjakan berhalangan maka pekerjaan tersebut tidak terbengkalai begitu saja. 

Misalnya ketika sang ibu tengah ada keperluan keluar kota, maka sang ayah bisa saja melakukan tugas memasak untuk putra-putrinya di rumah. Sembari mungkin mengajak serta anak-anaknya agar turut mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya dalam batas kadar kemampuan mereka masing-masing.

Situasi yang terjadi pada masing-masing keluarga bisa jadi berbeda-beda satu sama lain. Terlebih untuk rumah tangga dimana orang-orang didalamnya juga memiliki kesibukan berkarir. Suami istri bekerja. 

Tantangannya mungkin akan semakin besar ketika sudah memiliki anak. Terutama anak-anak yang belum terlalu mandiri dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. 

Pasangan suami istri pekerja dituntut untuk lebih mampu membagi waktu dalam pekerjaan dan juga keluarganya. Selayaknya orang bekerja, energi mereka tentu akan terkuras untuk mengerjakan hal-hal menyangkut pekerjaannya.

Selepas pulang kerja biasanya energi yang dimiliki sudah sangat terkuras sehingga tidak jarang banyak pekerjaan yang terbengkalai di rumah. Seandainya ada asisten rumah tangga mungkin lain urusan. 

Namun tidak setiap keluarga pekerja memilikinya sehingga mau tidak mau mereka harus bisa menyediakan waktu dan energi lebih untuk menuntaskan urusan lain diluar pekerjaan.

Bangun lebih pagi dan tidur lebih larut bisa jadi tidak bisa dihindari. Apabila sebuah keluarga menghadpi situasi semacam ini maka antar anggota keluarga tidak boleh alergi atau pilih-pilih pekerjaan. 

Meskipun harus ditentukan juga beberapa hal yang memang sepatutnya dikerjakan oleh salah seorang tertentu. Ambil contoh memperbaiki genteng bocor idealnya dilakukan oleh sang ayah atau anak laki-laki yang sudah dewasa, bukan oleh ibu atau anak kecil yang harus mengerjakannya. 

Jikalau yang bersangkutan memiliki kendala maka ada baiknya memanfaatkan jasa pihak lain untuk membantu meski harus membayar sejumlah uang, dengan catatan bahwa pekerjaan tersebut sifatnya penting dan mendesak serta tidak mampu dikerjakan sendiri. 

Ada beberapa hal yang tidak selalu harus dikerjakan sendiri jikalau kondisinya kurang memungkinkan seperti sang ayah sedang sibuk dengan pekerjaannya dan hanya ada ibu di rumah. Daripada memaksakan diri sang ibu mengerjakan pekerjaan kaum lelaki, lebih baik meminta bantuan dari kanan kiri.

Dalam hal ini juga pasangan suami istri penting untuk memahami satu sama lain. Karena bagaimanapun juga menjadi keluarga pekerja itu menuntut seseorang mengeluarkan energi lebih jikalau masih harus menuntaskan pekerjaan rumah harian. 

Bisa jadi sang istri meminta bantuan suaminya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah namun belum sempat dikerjakan karena beberapa kondisi seperti adanya lembur di kantor atau sejenisnya maka sebaiknya kondisi ini tidak menjadi alasan keluarnya amarah sang istri kepada sang suami. Atau menganggap sang suami susah untuk dimintai tolong. 

Demikian juga sebaliknya tatkala suami meminta dibuatkan minuman kepada istrinya butuh waktu agak lama untuk tersedia maka lebih baik hal-hal semacam itu dimaklumi. Pemakluman merupakan kata kunci yang bisa menjaga keharmonisan keluarga pekerja dengan berbagai dinamikanya. 

Masing-masing pihak harus menyadari bahwa mereka tidak hanya sibuk pada satu hal yaitu pekerjaan rumah tangga, tetapi juga ada pekerjaan "diluar sana" yang juga butuh perhatian.

Selain pemakluman, keluarga pekerja juga butuh memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap dirinya. Seperti menyempatkan waktu liburan bersama keluarga dan mengusir penat selama ini. Kepedulian sesama anggota keluarga tidak boleh terabaikan hanya karena pilar utama keluarga sibuk dengan pekerjaannya. Kesibukan bukan alasan untuk menghilangkan kepedulian kita satu sama lain. 

Dengan semakin terbukanya kesempatan bekerja kepada seluruh kalangan, sepertinya akan semakin banyak pula anggota keluarga dimana pasangan ayah ibunya sibuk dengan profesinya. Oleh karena itu kita yang sudah berkeluarga benar-benar harus mampu menjaga keluarga kita agar menjadi keluarga yang berkualitas.


Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun