Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Pintar tapi Sabar, Kunci Sukses Orangtua Dampingi Anak Belajar di Rumah

18 September 2020   15:09 Diperbarui: 18 September 2020   15:15 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlu kesabaran orang tua dalam mendampingi kegiatan belajar anak | Sumber gambar : republika.co.id

Pandemi COVID-19 telah menjadikan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagai satu-satunya alternatif bagi murid-murid sekolah untuk terus mengenyam pendidikan dan tidak ketinggalan materi pelajaran. Meskipun begitu, kegiatan belajar dari rumah telah menciptakan "efek samping" khususnya untuk para orang tua yang dituntut untuk mampu membagi porsi waktu antara pekerjaan dengan perhatian terhadap kegiatan belajar anak.

Tidak jarang para orang tua menjadi sasaran bertanya anak-anak untuk mencari tahu solusi pemecah masalah atau jawaban atas tugas-tugas yang diberikan guru pengajar selama kegiatan belajar daring berlangsung. 

Sebagian orang tua yang memiliki wawasan luas mungkin akan dengan mudah memberikan jawaban atas setiap pertanyaan tersebut. Akan tetapi bagi sebagian orang tua yang lain belum tentu demikian. Sehingga search engine google seringkali menjadi rujukan untuk menemukan opsi jawaban dari setiap tugas sekolah tersebut. 

Hal ini menciptakan kesan bahwa seharusnya orang tua mesti cukup pintar untutk turut memahami materi belajar anak sehingga tidak "kalah saing" dengan google serta menjadikan kegiatan belajar dari rumah benar-benar mendapatkan hasil secara optimal. Namun haruskah seperti itu?

Menjadi orang tua yang pintar memang perlu. Akan tetapi haruskah setiap orang tua menguasai semua materi pelajaran sehingga cukup mampu untuk menjawab tugas-tugas yang diberikan? Rasa-rasanya tidak seperti itu. 

Bagaimanapun juga pendidikan dimaksudkan untuk mengasah kemampuan berfikir siswa, bukan kemampuan berfikir orang tua. Sehingga selayaknya setiap jawaban atas semua pertanyaan dalam kegiatan belajar itu juga mesti diupayakan oleh siswa itu sendiri. Para orang tua hanya perlu memberikan arahan tentang apa dan bagaimana seharusnya upaya pencarian jawaban itu dilakukan. 

Jikalau informasi itu bisa diperoleh dari buku bacaan, maka orang tua bisa mengarahkan untuk menemukan buku yang mana. Demikian pula jikalau harus mengoptimalkan mesin pencari google maka orang tua juga perlu memberikan "clue" atas hal tersebut. Terkadang seorang murid dalam kegiatan belajarnya tergelitik untuk melakukan sesuatu yang iseng dan diluar kebiasaan. 

Sesuatu yang bisa jadi membuat jengkel orang-orang di sekitarnya. Peran para orang tua adalah menjadi seorang pendamping yang mampu bersabar atas segala situasi dan kondisi yang ada.

Mungkin dalam banyak hal anak-anak kita lebih canggih dalam menjelajah internet. Sebagai orang tua tidak perlu minder atas hal itu. Tetap fokus pada tujuan pembelajaran menjadi poin penting yang harus dipegang teguh oleh para orang tua. Anak-anak perlu dijaga ritme belajarnya meski mungkin sesekali perlu juga diberikan refreshing. 

Seorang rekan pernah bercerita begitu rumitnya mengatur anak-anak saat belajar di rumah. Fasilitas gadget yang semestinya menjadi media belajar beberapa kali justru dialihfungsikan untuk bermain game, chat, dan menonton video. Jika orang tua tidak memiliki kesabaran atas hal itu bukan tidak mungkin amarah akan bergolak hingga terjadi tindakan diluar batas seperti yang baru-baru ini. 

Memang merupakan sebuah tantangan besar bagi para orang tua untuk mengarungi periode pendidikan di masa pandemi ini. Alangkah lebih baik jikalau hal itu bisa menjadi media mempererat hubungan dan bukan sebaliknya. Dan kunci untuk mendapatkan manfaat dari sistem pembelajaran ini adalah mengutamakan kesabaran diatas segalanya. Pintar itu perlu, tapi sabar lebih penting.

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun