Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bermodal "Jempol" Sudah Bisa Berkontribusi Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia

29 Juni 2020   13:36 Diperbarui: 29 Juni 2020   13:32 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.ayojakarta.com

Sebuah informasi tentang konflik perang dagang Amerika Serikat (AS) -- China bisa menaik-turunkan kondisi ekonomi dunia. Bahkan melebihi perseteruan atau konflik itu sendiri. Saat situasi membaik, ekonomi dunia terlihat mengalami optimisme untuk berkembang. 

Namun tidak jarang dalam seketika situasi berubah 180 derajat kala ada kebuntuan dalam konflik tersebut. Demikian juga saat pemberitaan terjadi gejolak geopolitik dunia lainnya, atau saat penanganan pendemi COVID-19 di berbagai belahan dunia, hal itu juga akan turut mempengaruhi stabilitas ekonomi masing-masing negara. 

Jumlah korban COVID-19 naik, ekonomi terguncang. Saat muncul pemberitaan bahwa sudah ditemukan obat dan vaksin antivirus corona, situasi lantas membaik. Terus-menerus seperti itu. 

Lantas bagaimana jika realitas sebenarnya situasi sudah membaik, tapi pemberitaan dipelintir sedemikian rupa sehingga terlihat buruk dan "keburukan" itu yang kemudian dipahami sebagai suatu kebenaran oleh publik ? Dampaknya tentu akan sangat buruk. Jadi, kuncinya adalah bagaimana supaya informasi itu disampaikan secara apa adanya dan proporsional.

Contoh berita hoaks | Sumber gambar : www.merdeka.com
Contoh berita hoaks | Sumber gambar : www.merdeka.com
Sehubungan dengan hal ini, informasi-informasi hoaks yang meresahkan itu bisa sangat memperburuk situasi. Menjadi "kompor" atas sesuatu yang sebenarnya tidak seperti itu. Lebih berbahaya lagi saat terjadi pemutarbalikan fakta. Jangan sampai kita justru menjadi "duta" hoaks. Penggiringan opini demi kepentingan segelintir pihak sangat riskan menjadikan situasi semakin memburuk. 

Sudah bukan rahasia lagi bahwa tulisan-tulisan di media masa, unggahan video, bahkan status media sosial yang bertendensi menyudutkan suatu kondisi beredar luas di dunia maya. Bahkan melalui "getok tular" pun informasi semacam itu juga bisa tersebar luas. 

Akibatnya orang-orang yang terprovokasi oleh informasi-informasi salah tersebut malah melakukan tindakan-tindakan yang tidak semestinya, sehingga pada akhirnya menciptakan kekisruhan yang terus menjalar ke berbagai arah. 

Sebaliknya, beberapa pihak tertentu yang pandai "meramu" informasi juga bisa memetik untung besar darinya dengan konsekuensi risiko yang bisa saja sangat merugikan dalam jangka panjang.

Peristiwa pasar saham London tahun 1803 mungkin bisa menjadi contoh attas hal ini. Kala itu terjadi perselisihan antara Inggris dan Prancis hingga muncul kemungkinan akan meletusnya perang diantara kedua belah pihak. Namun, sebuah kabar diterima oleh walikota London melalui sebuah surat yang isinya mengatakan bahwa perselisihan kedua negara sudah terselesaikan. 

Saat berita tersebut diumumkan ke khalayak oleh sang walikota, harga saham mengalami lonjakan kenaikan hingga 5%. Padahal informasi pada surat tersebut sebenarnya adalah sebuah kebohongan dan tidak jelas sumber beritanya. Namun dalam hal ini kebohongan tersebut malah memberikan keuntungan bagi sebagian pihak. 

Bayangkan apabila situasi sebaliknya yang terjadi. Tidak ada perang tapi dikatakan akan terjadi perang. Atau jumlah korban meninggal akibat suatu penyakit tertentu sebenarnya sedikit tapi dikabarkan banyak. Ada begitu banyak pemberitaan yang beredar luas dihadapan publik dengan segala "efek samping"-nya. Lantas kalau kita ingin menjadikan situasi terus membaik, mengapa tidak dipoles saja semua pemberitaan menjadi kabar baik semuanya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun