Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Too Little Too Late", Kekhawatiran Krisis Ekonomi 2020 Lebih Parah dari 2008 dan 1998

18 Maret 2020   10:54 Diperbarui: 18 Maret 2020   12:20 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi krisis | Sumber gambar : www.rmoljateng.com/

Presiden Republik Indonesia (RI) ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencemaskan kondisi perekonomian Indonesia dan dunia pada tahun 2020 ini. Serangan combo yang disebabkan oleh coronavirus, kejatuhan harga minyak dunia, hingga perang dagang yang dilakukan oleh beberapa negara merupakan hantaman serius bagi perekonomian kita. 

Pemerintah disarankan agar bertindak cepat untuk merespon kondisi ini. Apalagi dalam beberapa hari terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok semakin dalam, saham-saham unggulan berguguran, dan terkahir adalah aksi "langka" dari bank central Amerika Serika, Federal Reserve (The Fed) mengguyurkan stimulus ekonomi dalam jumlah besar. SBY mengatakan bahwa tindakan The Fed ini adalah alarm serius terkait kondisi ekonomi saat ini.

Terkait situasi ekonomi yang sedang mengkhawatirkan saat ini, beberapa stimulus ekonomi yang diluncurkan pemerintah sepertinya tidak cukup mampu mengeluarkan Indonesia dari masa krisis. Buktinya, setelah beberapa hari lalu diumumkan, stimulus ekonomi jilid II ini masih belum mengerek IHSG bangkit dari keterpurukan. 

Dalam hal ini diperlukan stimulus-stimulus baru, kebijakan-kebijakan baru, yang disebut oleh SBY sebagai "policy response" yang sesegera mungkin mesti dikeluarkan agar kita tidak terlambat dan menyesali semuanya. Kita sudah mengalami beberapa kali periode krisis, dimana pada tahun 1998 hal itu memporak-porandakan ekonomi Indonesia hingga berujung pada lengsernya rezim order baru. 

Situasi berulang pada tahun 2008 yang mengakibatkan Bank Century sampai harus di-bail out. Bedanya, tahun 2008 ini Indonesia selamat meski harus menyisakan "borok" korupsi Bank Century itu sendiri.

Tahun 2020 ini disebut-sebut menjadi krisis yang samasekali berbeda dengan sebelumnya. Dikhawatirkan imbasnya akan jauh lebih besar dibandingkan periode krisis terdahulu. Pekerjaam rumah pemerintah sangatlah banyak dan rumit, meski bukan sesuatu yang mustahil untuk dibereskan. Hal ini jugalah yang mungkin mendasari "kengototan" Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang enggan memberlakukan lockdown Indonesia. Karena keputusan itu bisa saja membuat situasi ekonomi memburuk lebih parah lagi.

Apa yang disarankan oleh SBY barangkali perlu didengar oleh Pak Jokowi dan oleh dunia internasioanl, yaitu terkait policy response secara kolektif oleh dunia. Sejauh ini seringkali negara-negara di dunia bertindak sendiri-sendiri dan lebih mengedepankan kepentingan bangsanya masing-masing. Padahal dengan kokektivitas yang terjalin saat ini, permasalahan sebuah negara bisa menjadi masalah juga bagi negara yang lain. 

Bank Indonesia (BI), The Fed, dan seluruh bank central dunia mungkin perlu duduk bersama. Demikian juga para pemimpin tertinggi masing-masing negara juga perlu urun rembuk mencari jalan keluar penuntasan masalah besar ini. Bagaimanapun juga kini tengah menghadapi periode "perang bersama" yaitu perang melawan virus corona atau covid-19 (Baca artikel saya : "World War 3" Bertajuk "All Nations Vs Covid-19"), serta situasi tidak menguntungkan lain seperti kejatuhan harga minyak dunia. Keras kepala yang ditampilkan masing-masing bangsa mungkin dinilai baik menurut kepentingan masing-masing pihak. Padahal itulah yang justru menciptakan kekacauan yang semakin runyam.

Minimal pemerintah dengan komando di tangan Presiden Jokowi harus memiliki inisiatif lebih guna menelurkan kebijakan-kebijakan yang mampu membangkitkan Indonesia dari tekanan krisis. Tahun 2020 ini akan menjadi ujian sebenarnya dari seorang Jokowi berikut jajarannya untuk melindungi eksistensi bangsa Indonesia. 

Segala kritik yang masuk ke beliau tentu tidak semuanya bertendensi negatif. Pastilah ada yang bertujuan untuk mengingatkan beliau agar memiliki kesigapan lebih dalam bertindak selaku kepala negara. Kita tidak bisa mengandalkan Amerika Serikat, China, Jepang, atau yang lainnya baik ke kita dan lantas memberikan bantuan yang dibutuhkan. 

Indonesia bisa untuk bangkit dengan jerih payahnya sendiri. Mungkin pemerintah perlu membuat gebrakan di beberapa bidang dan sektor sebagai upaya bangkit dari semua tekanan yang melanda. Benar kata SBY, too little too late. Masih ada waktu untuk bergegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun