Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyikapi Pandemi Corona secara Tepat dan Proporsional dengan "Disruptive Mindset"

18 Maret 2020   07:23 Diperbarui: 18 Maret 2020   23:13 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi coronavirus | Sumber gambar : shutterstock

Coronavirus atau Covid-19 telah dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO. Hampir semua negara-negara besar dunia menjadi sasaran persebaran virus ini. China, Korea Selatan, Amerika Serikat, Australia, bahkan hingga Indonesia tak luput dari paparannya.

Tak ayal situasi ini membuat panik sebagian besar orang, terutama mereka di wilayah yang terinfeksi. Seakan menjadi efek domino, kepanikan dan kekhawatiran ini menyulut problematika lain yang tak kalah pelik. 

Ekonomi karut marut, beberapa bahan kebutuhan melonjak tinggi harganya, kelangkaan stok barang, dan lain sebagainya. Belum lagi masalah hoaks yang selalu saja ada di tengah-tengah masalah, seolah tak mau ketinggalan.

Semua ini menuntut kita untuk waspada dan lebih jeli dalam menyikapi segala situasi. Salah-salah ketika bertindak tanpa berpikir panjang bukan tidak mungkin hal itu malah justru merugikan diri kita sendiri di masa yang akan datang, dan mungkin juga memberikan dampak buruk bagi kebanyakan orang.

Dalam rangka menyikapi kondisi semacam ini maka kita butuh "alat bantu" untuk membuat kita lebih arif dalam bersikap, lebih kritis dalam berpikir, dan lebih jeli dalam mengambil tindakan. Kita membutuhkan mindset yang tepat untuk memosisikan diri terhadap pandemi penyakit di era modern ini.

Bagaimanapun juga saat ini kita tidak hanya patut waspada terhadap penyakit itu sendiri sebagai inti masalahnya. Akan tetapi kita juga mesti memahami hal-hal lain di luar itu yang juga turut mengambil "peran". 

Pandemi penyakit akibat virus mungkin bukan kali ini saja terjadi. Mengutip dari laman katadata.co.id, ada beberapa pandemi yang pernah terjadi dengan merenggut banyak korban jiwa.

Di antaranya pandemi Flu Spanyol yang menewaskan sekitar 500 juta jiwa pada kurun waktu 1918-1918. Kemudian ada pandemi cacar yang membunuh sekitar 300 juta nyawa manusia sejak periode 10.000 SM sampai 1979. 

"Black death" menjadi pandemi sejak tahun 1340-1771 dengan menelan tidak kurang dari 75 juta jiwa. Pandemi campak sejak abad ke-7 SM sampai dengan 1963 sudah menelan korban sekitar 200 juta jiwa.

Dari beberapa kasus pandemi tersebut kebanyakan terjadi di masa lalu di mana arus informasi tidak "liar" seperti sekarang. Informasi dari satu belahan dunia ke belahan dunia lain tidaklah secepat sekarang tersebarnya. Sehingga meskipun menimbulkan banyak korban jiwa hal itu seakan dipandang sebagai sesuatu yang biasa.

Bahkan meski covid-19 ditengarai tidak jauh lebih berbahaya dibandingkan SARS atau Flu Burung, sebaran informasinya jauh lebih cepat dibandingkan virus "pendahulunya" itu. Dikatakan juga bahwa persebaran informasi tentang Covid-19 ini seringkali lebih membuat khawatir ketimbang sebaran virus itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun