Traffic Index adalah indeks gabungan waktu yang digunakan dalam lalu lintas karena pekerjaan, estimasi ketidakpuasan waktu, estimasi konsumsi CO2 dalam lalu lintas, dan ketidakefisienan sistem lalu lintas secara keseluruhan.Â
Sedangkan Time Index adalah rata-rata waktu satu arah yang diperlukan untuk transportasi, dalam hitungan menit. Kemudian Time Exp. Index merupakan suatu perkiraan ketidakpuasan karena waktu perjalanan yang panjang. Dalam hal ini diasumsikan bahwa ketidakpuasan waktu perjalanan akan meningkat secara eksponensial pada setiap menit setelah waktu perjalanan satu arah berlangsung lebih dari 25 menit.
Selain itu, ada juga Inefficiency Index yang merupakan estimasi ketidakefisienan dalam lalu lintas. Inefisiensi yang tinggi pada umumnya disebabkan oleh pengguna jalan yang lebih memilih mengendarai mobil pribadi ketimbang menggunakan transportasi umum atau karena waktu perjalanan yang panjang.Â
Terakhir, yaitu CO2 Emission Index adalah perkiraan konsumsi CO2 karena waktu lalu lintas. Diukur dalam satuan gram. Untuk mengetahui secara garis besar perihal kemacetan beserta hal-hal lain yang terpengaruh olehnya, kita sebenarnya cukup melihat pada traffic index atau indeks gabungan dari beberapa indikator yang ditentukan.
Dalam rangka membandingkan sejauh mana pencapaian pengelolaan kondisi kemacetan Jakarta pada era Ahok dan era Anies, maka kita perlu membandingkan data traffic index pada masing-masing tahun kepemimpinan keduanya. Disini saya akan menyajikan data dari Numbeo terkait kondisi Jakarta pada tahun 2015 dimana Ahok sedang menjabat dengan kondisi terkini di tahun 2020 dimana Anies masih bertugas.
Dengan nilai traffic index sebesar 224.24 penilaian publik yang terlihat dari survei indobarometer memang menunjukkan "fakta" yang sebenarnya. Lalu bagaimana dengan data dari TomTom Traffic Index? Dimana disana terlihat Anies terlihat membuat perbaikan dari tahun ke tahun terkait kondisi kemacetan di Jakarta? Ada beberapa kemungkinan.Â
Pertama, data yang disajikan oleh Numbeo atau TomTom salah satunya salah. Karena Numbeo menginformasikan  traffic index Jakarta pada tahun 2015 berapa pada peringkat 17. Sedangkan yang terbaru Jakarta mengalami peningkatan peringkat ke posisi 14. Kemungkinan kedua, indikator yang dikapai oleh TomTom dalam menentukan traffic index bisa jadi berbeda dengan yang Numbeo gunakan.Â
Dalam hal ini Numbeo menggunakan indikator-indikator seperti time index, time exp. Index, inefficiency index, dan CO2 emission index. Namun TomTom belum tentu menggunakan indikator serupa. Begitu halnya dengan survei indobarometer juga memberikan indikator tertentu dalam menilai persepsi publik terkait kinerja gubernur DKI Jakarta.Â
Bukan tidak mungkin seandainya ada survei lain dilakukan dengan indikator yang berbeda maka akan memberikan hasil yang bertolak belakang. Bisa saja Anies yang dinilai berkinerja lebih baik. Ini hanya terkait persepsi dan juga tentang indikator apa yang dipakai.