Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanti Peran "Alumnus" Jamaah Haji dalam Membangun Masyarakat

5 September 2019   16:14 Diperbarui: 5 September 2019   18:39 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamaah haji yang disambut kedatangannya | Ilustrasi gambar: sindonews.com

Para jamaah haji Indonesia sudah berangsur-angsur pulang ke tanah air. Jamaah haji kolter 15 Embarkasi Batam (BTH-15) merupakan kelompok jamaah haji terakhir yang tiba dari tanah suci. Kini para jamaah haji itu telah layak mengemban "gelar" haji (H.) atau hajah (Hj.) didepan namanya. 

Meskipun sebenarnya sebutan ini bukan merupakan suatu keharusan. Yang terpenting dari itu adalah tentang bagaimana seseorang selepas menunaikan rukun Islam kelima ini bertumbuh menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya, lebih dewasa, dan tentunya lebih bijaksana. Kita seringkali menyebutnya "mabrur".

Selama ini, kita seringkali melakukan pembahasan tentang haji hanya sebatas pada kuota haji, umur termuda atau tertua calon jamaah, kloter keberangkatan atau kepulangan jamaah, hingga berita tentang orang-orang dari kalangan marginal yang berhasil berangkat ke tanah suci dengan perjuangannya yang luar biasa. 

Namun kita mengabaikan satu hal penting terkait apa dan bagaimana sumbangsih dari para "alumnus" haji ini dalam membangun masyarakat. Terlepas dari latar belakang masing-masing orang, para haji dan hajah ini merupakan orang-orang pilihan yang telah berhasil menyempurnakan rukun Islamnya. 

Dengan kata lain, seseorang yang telah berhaji pastinya memiliki nilai tambah tersendiri.

Pembelajaran Ibadah Haji
Dalam buku ESQ (Emotional Spiritual Quotion) karya Bapak Ary Ginanjar Agustian, disebutkan bahwa haji merupakan puncak dari pengasahan diri. Beliau menyebutnya total action. Ada banyak sekali pembelajaran mulai dari mengenakan baju ihram, melakukan thawaf, wuquf, sa'i, hingga melontar jumrah. 

Semua ritual itu sebenarnya tidak hanya sebatas aktivitas fisik dan penggugur rukun haji semata, akan tetapi juga memiliki nilai pembelajaran yang luar biasa dalam membangun karakter diri seseorang. 

Sehingga lazim apabila kita mengharapkan seseorang yang pulang dari menunaikan ibadah haji perilakunya menjadi semakin baik, akhlaknya semakin berkualitas, dan kebijaksanaannya pun berkembang lebih baik daripada sebelumnya.

Pembelajaran yang diperoleh mereka yang telah berhaji sayogyanya tidak sebatas menjadi "konsumsi" pribadi saja. Akan tetapi juga bisa "ditularkan" kepada masyarakat sekitar. Mereka bisa berbagi inspirasi agar orang lain ikut terpacu berangkat ke tanah suci. Mereka juga bisa mencontohkan sikap dan perilaku terbaik sebagai seorang haji atau hajah. 

Tutur kata, sikap, dan perilaku yang baik akan menjadi keteladanan berharga bagi orang lain untuk berbuat serupa. Bisa dibayangkan betapa luar biasanya dampak yang dihasilkan di masyarakat apabila orang-orang yang telah menjadi haji atau hajah ini mampu menjadi komunitas keteladanan bagi masyarakat di sekitar. 

Sangatlah luar biasa apabila haji atau hajah ini mampu melahirkan karya-karya yang membangun masyarakat.

Kita semua tentu berharap para "alumnus" jamaah haji ini tidak sekadar menjadi baik untuk dirinya sendiri, melainkan juga mampu menjadi rahmatan lil'alamin atau rahmat bagi seluruh alam. 

Oleh karena itu penting kiranya para haji atau hajah ini bergerak untuk mengajak serta masyarakat bertumbuh dan berkembang, minimal dalam hal akhlak dan perilaku. Karena dewasa ini kita tengah dihadapkan pada krisis moral dan akhlak yang memunculkan beragam perilaku menyimpang serta melanggar norma-norma sosial dan agama. 

Kita butuh sosok pelopor gerakan yang berada dalam barisan terdepan untuk menyapa seluruh lapisan masyarakat. Apabila kini kita dihadapkan pada realitas dimana sistem bisnis yang berlaku adalah bisnis dengan model sharing atau kolaborasi, maka dalam membangun peradaban lain khususnya terkait attitude kita juga memerlukan cara serupa. 

Kolaborasi dan semangat kerjasama. Gotong royong adalah fitrah bangsa kita yang itu harus dibangkitkan kembali dengan segala cara. Salah satunya memberdayakan jamaah haji yang telah pulang ke tanah air untuk "turun gunung" dan menularkan nilai-nilai mulia yang dipelajarinya selama di tanah suci.

Salam hangat,
Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun