Mohon tunggu...
Agil Saputra
Agil Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Olah raga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Sebagai Solusi Dari Masalah Kehidupan

6 Mei 2024   23:12 Diperbarui: 6 Mei 2024   23:18 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di era sekarang banyak orang yang menilai filsafat atau menghayati hidup ala seorang filsuf itu adalah sesuatu yang kurang kerjaan, melangit, tidak realitis, muter-muter, tidak jelasnya maunya, bikin pusing, dan membuat susah hal-hal yang mudah.

Harus di akui ada beberapa kesan miring terhadap filfasat bukan tanpa alasan. Beberapa fakta dan fenomena yang muncul dalam ranah filsafat memang bisa mengundang komentar-komentar tersebut. Namun, perlu di catat bahwa seandainya pun ada kesan filsafat itu ruwet dan tidak karuan hal itu biasanya bisa berawal dari misi dan tujuan filsafat, yakni untuk menggali dan memahami sesuatu secara komprehensif dan mendalam. Di sisi lain,sebagian besar manusia lebih suka berpola pikir praktis dan sederhana. Tidak mengherankan jika kemudian apa yang di lakukan oleh filsafat itu di pandang sebagai ''cari-cari masalahbelaka''.

Presepsi miring tersebut apabila di cermati bisa berarti dua hal. Pertama, presepsi tersebut bisa jadi merupakan sebentuk ''kegagalan'' para filsof dalam menjalankan visi dan misi kefilsafatan. Sebagaimana di paparkan di awal, filsafat pada awalnya bertujuan menjernihkan dan meluruskan berbagai dimensi kehidupan manusia yang berjalan secara tidak seharusnya. Kedua, berkembangnya sikap apatis dan apologis bahwa filsafat itu ruwet dan sia-sia saja sehingga membuat banyak orang enggan dan merasa elergi dengan filsafat tanpa tahu secara pasti apa dan bagaimana filsafat itu.

Apabila dilacak dari akar katanya, ''philo-sophia'', filsafat sering didefenisikan secara ringkas sebagai ''cinta kebijaksaan''. Presepsi ini penting untuk di catat, khususnya bagi orang yang salah presepsi sejak awal.

Jadi,filsafat pada awalnya adalah sebentuk rasa cinta, cinta kepada kebijaksaan. Bukan kepada rasio, bukan kepada kerumitan berfikir, atau bukan segala alur logika yang jelimet. Meskipun hal-hal tersebut sesekali juga terlibat, tetapi tetap dalam kerangka aslinya, yakni kerangka kebijaksanaan.

Apakah kebijaksaan itu? Mungkin kita agak sulit untuk memahami secara tepat maknanya karena ternyata kata tersebut sering di manipulasi untuk meredam protes atau sebagai strategi untuk lepas dari tanggung jawab. Pemerintah sering memakai kata kebijaksaan, minsalnya ketika ingin menaikan harga BBM atau menyuruh orang membayar pajak. Lihatlah, minsalnya headline sebuah surat kabar yang bertuliskan ''Pemerintah Mengeluarkan Kebijakan Baru: Menaikan harga BBM'' atau spanduk besar di tepi jalan, "Orang bijak, taat pajak", dan semacamnya. Contoh lain, minsalnya seorang mahasiswa yang dapat nilai rendah dari dosen atau pengangguran yang melamar pekerjaan dan ditolak, kemudian merengek, "Mohon kebijaksaannya, Pak."

Kebijaksanaan atau bisa juga disebut wisdom memang berkonotasi sangat positif dalam keseharian kita. Walapun, jelas tidak banyak orang yang berusaha secara intensif melacak apa yang dimaksud dengan "kebijaksaan" itu. Kata tersebut dalam kesehariannya lebih sering diartikan sebagai kebaikan praktis, kemurahan hati, atau tindakan yang mempertimbangkan kepentingan dan keinginan orang lain. Pemaknaan seperti itu tentu tidak salah, meskipun harus di akui masih terasa reduktif.

Jadi kesimpulan dari kebijaksanaan itu pada dasarnya adalah sebuah tindakan yang diawali dengan usaha untuk berfikir secara jernih dan kritis, serta mempertimbangkan pengalaman yang pernah di rasakan. Ringkasnya, sebuah tindakan termasuk kategori bijaksana jika tindakan itu di awali dengan langkah berfikir dulu secara jernih, kritis dan sistematis selain itu dalam aktifitas berfikir tersebut juga mempertimbangkan pengalaman-pengalaman yang pernah dirasakan sebelumnya hingga akhirnya memutuskan tindakan seperti apa yang harus dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun