Mohon tunggu...
Ceritamakvee
Ceritamakvee Mohon Tunggu... Freelancer - Agata Vera

"Bersoraklah, dunia ini panggungmu" Selamat datang di akun liputan saya Kompasiana Twitter @makvee_vee Facebook Agata Vera Setianingsih Instagram ceritamakvee www.makveestory.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Satay Kato Rival Berat Satay Taichan

17 Maret 2018   21:13 Diperbarui: 17 Maret 2018   21:30 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa diantara para pembaca yang merupakan penggemar sate. Oke kamu, kamu, kamu dan saya tentunya. Wih olahan daging memang paling digemari ya. Jumlah vegetarian di kota Yogyakarta terutama di Indonesia memang belum sebanyak di Negara lain. Padahal pengurangan konsumsi daging membuat tubuh menjadi lebih sehat dan membuat bumi lebih asri. Menjadi vegetarian kini telah menjadi gaya hidup. 

Banyak orang memilih untuk mengubah gaya hidupnya menjadi vegetarian. Meski makanan Indonesia banyak mengandung sayur, namun sulit bagi vegetarian di negara kita untuk menahan godaan dari bakso, ayam geprek dan sate. Saya salah satu contohnya, waktu itu saya sudah dalam waktu 1 minggu orientasi untuk benar-benar konsisten makan sayur. Benar-benar menghindari daging ekstrak daging, dan segala macam yang mengandung daging. 

Namun kelemahan saya sebagai manusia pun datang, godaan mie ayam begitu menggoda saya yang hingga akhirnya saya gagal vegan hanya karena mie ayam. Apakah seberat ini mencoba menjadi vegetarian di Yogyakarta. yah memang sebagai orang asli Jogja, saya bisa mengatakan bahwa kuliner Jogja semakin berkembang. Maka godaan pun semakin besar pula.

Salah satu yang memiliki banyak penggemar adalah sate taichan yang masuk dalam kateori 'kekinian'. Nyatanya tanpa menggunakan bumbu kacang sate ini tetap laris. Kemudian kini muncullah sate baru bernama Satay Kato yang menurut saya ini adalah rival beratnya  Satay Taichan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
D beberapa kota besar di Indonesia Satay Kato namanya sudah mulai melejit. Saya pun tak mau ketinggalan untuk segera icip-icip sate ini. 

Satay Kato ini mangkal tiap hari tiap sore di sepanjang Jalan Kaliurang tepatnya di depan Fakultas Farmasi. Sate gurih enyoi ini harganya murah meriah seporsi hanya 18 ribu rupiah. Yuhu saya bersama temen-temen yang hobi kulineran pun pesen sate, dan ternyata sambalnya itu disiramin di atas satenya. kebayang gak sambel cabe merah disiram di satenya. Sayapun "kemecer" keterlaluan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Demi apa saya memilih sambelnya dipisah biar kata saya sih pengen nyicip rasa aslinya satenya plain tanpa sambel (ngeles takut kepedesan padahal). Tapi berhubung sambel sama sate ini adalah satu kesatuan, maka saya minta sambel dipinggirin aja tetep dalam 1 piring, ntar kalau kelamaan dipisahnya kangen lagi mereka ceilaahhh dahhh. 

Tampilannya sedap banget pake nasi bukan pake lontong. Kalau Sate Taichan yang saya tahu pakai lontong. Kalau saya sendiri sih lebih seneng pakai nasi, Indonesia banget yak. Kalau makan pakai lontong kenyangnya semu semata hallah kayak harapan mantanmu kan yang isinya semu belaka heuheuheue, kemudian digaplok sayanya. 

Setelah dihidangkan kamu tidak akan menemukan bumbu kacang, bumbu kecap bawang cabe kaya sate-sate lainnya. Daaan pesanan saya pun nyampe di meja, tanpa ragu-ragu langsung santap dan pas gigitan pertama kesan pertamanya adalah menurut rasanya gurih-gurih gitu, walaupun nggak pakai banyak bumbu rasanya sudah enak.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Teman sebelah saya yang sambelnya gak dipinggirin makan sambil megap-megap. Jadi berasa berantem itu sate dan sambelnya begitu disatuin, pas dipisah saling rindu duh serba salah banget deh jadi si Satay Kato ini. Sambel merah yang dituang di atas Satay Kato ini menurut saya relatif ya pedasnya. Ya tingkat kepedasan pada tiap orang kan relatif ya. Ada yang bilang cabe 1 aja udah pedes, ada yang bilang cabe 20 juga belum pedes. 

Kalau menurut saya cabenya Satay Kato itu gak pedes. Cuma nylekit habis itu ilang rasanya kayak digigit semut, clekit gitu tapi yaudah trus ilang, tapi kalau diterusin makan lagi ya clekitnya berulang-ulang hehehe gimana tuh. Berhubung saya kemarin emang lagi gak mau makan banyak sambel, sambel saya diembat sama teman sebelah saya yang level pedesnya emang gak kira-kira dah ah.

Setelah saya certain gini, kalian jelas gak gimana rasanya Satay Kato atau malah tambah bingung? Hehehe gini deh saya kasih solusi ya. Nongkrongnya jangan di tempat yang mahal terus. Sekali atau lebih dari sekali coba deh makan sambil nongkrong lama di Satay Kato Jogja. Nyatanya saya sama teman-teman saya aja bisa nongkrong lama mengalir cerita sambil Lhap Lhep makan sate. Ingat ya depan Farmasi UGM. Buruan dicoba gais. Salam sehat, makan enak. Diet mulai besok!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun