Mohon tunggu...
Ceritamakvee
Ceritamakvee Mohon Tunggu... Freelancer - Agata Vera

"Bersoraklah, dunia ini panggungmu" Selamat datang di akun liputan saya Kompasiana Twitter @makvee_vee Facebook Agata Vera Setianingsih Instagram ceritamakvee www.makveestory.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kisah Mesra Kerokan, Einstein, dan Balsem Lang

19 November 2017   21:51 Diperbarui: 20 November 2017   13:04 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim dingin dan berair telah tiba, beberapa kota besar di Indonesia telah mendapat curahan berkah berupa hujan. Demikian juga Kota Yogyakarta, sebuah kota tempat saya tinggal dan beraktivitas. Hampir setiap hari mendung, gerimis, dan hujan deras. Menurut orang Jawa, bulan yang berakhiran "mber" adalah adalah bulan sumber. Bulan yang dikategorikan sumber adalah bulan September, Oktober, November, dan Desember. Sumber yang dimaksud dalam tradisi Jawa memiliki banyak makna. 

"Gedhe-gedhene sumber" atau melimpahnya rejeki, bisa berupa uang, pekerjaan, atau juga pernikahan. Selama pergantian musim dari musim kemarau ke musim hujan. Perubahan udara dan cuaca sangatlah menentukan kesehatan tubuh seseorang. Jika kekebalan tubuhnya sedang tidak baik maka mudah untuk seseorang tersebut terserang penyakit. Penyakit yang seringkali datang di pergantian cuaca diantaranya adalah flu, diare, mual, batuk, masuk angin dan pilek.

Tinggal di kota Yogyakarta yang semakin padat membuat saya harus terus bertahan. Hujan yang deras dan penuhnya kegiatan membuat saya terkadang harus pulang malam dan tiap saat bersua dengan hujan yang jatuh tak mengenal waktu. Mulailah tanda-tanda masuk angin menyerang. Badan pegal-pegal, mual, pusing serta badan panas dingin dan hidung mampet. 

Kehujanan yang terlalu sering, terpapar udara ruang ber-AC, sentuhan angin malam yang dingin memang sering dijadikan kambing hitam penyebab masuk angin. Walau sebenarnya masuk angin sendiri masih belum jelas benar penyebabnya. Udara dingin memang menyebabkan pembuluh darah di kulit menyempit hingga otot kekurangan oksigen. Sebutan masuk angin dalam dunia medis juga masih ambigu, namun telah menjadi istilah umum yang digunakan oleh masyarakat.

Ketika simbah putri dan simbah kakung saya masih hidup, masuk angin adalah istilah yang tidak asing sering saya dengar. Kerokan adalah pengobatan alternatif yang sering dipraktekkan pada saya ketika saya masih kecil. Ketika saya mulai terserang flu simbah putri dan ibu saya ramai-ramai memegangi saya untuk mengerok punggung saya dengan kupasan bawang merah. 

Saya bahkan sempat tahu ketika kakek saya masuk angin, simbah putri mengerok simbah kakung menggunakan minyak tawon yang dicampur minyak tanah. Saya yang saat itu masih kecil tentunya heran karena aroma tubuh simbah kakung menjadi sama dengan bau kompor minyak ibu saya. Kebiasaan kerokan di keluarga saya nampaknya juga dialami oleh keluarga-keluarga lain di Jawa. Kebiasaan ini nampaknya tetap dipelihara oleh masyarakat sebagai kearifan lokal yang terus dilestarikan dari waktu ke waktu.

Saya belajar dari simbah kakung dan simbah putri yang menghabiskan masa tua mereka hingga usia 72 tahun. Simbah putri bilang ketika saya sakit "Ojo sithik-sithik ngombe obat (jangan sedikit-sedikit minum obat)". Setelah saya pikir, logika sederhana simbah ini masuk akal juga, obat itu sebenarnya adalah racun. Pada saat tertentu ia adalah obat namun di sisi lain ia adalah racun. Ketika simbah kakung terserang sakit komplikasi, salah satu sebabnya justru karena konsumsi obat berkepanjangan yang simbah minum untuk mempertahankan masa hidupnya. Kemudian yang terjadi adalah, ginjal simbah kakung mulai rusak karena obat yang terus-menerus dikonsumsi.

Pesan simbah mengenai "Ojo sithik-sithik ngombe obat (jangan sedikit-sedikit minum obat)" mengakar di pikiran saya hingga saya dewasa. Ditambah lagi bapak dan ibu saya juga menerapkan hal yang serupa. Obat benar-benar digunakan ketika memang kondisinya dianggap sudah parah. Prinsip mereka jika masih bisa sembuh dengan kerokan mengapa harus minum obat dan pergi ke dokter.

Kerokan ternyata juga berkaitan erat dengan teori fisika Albert Einstein. Teori yang dikenal dengan E=MC2. Gesekan dua benda menghasilkan energi panas. Seperti halnya kerokan, kerokan ternyata sangat menghidupi teori fisika milik Albert Einstein. Ketika energi dapat terbentuk dari pergesekan antara dua permukaan benda. Uang logam yang digosokkan  ke kulit secara berulang-ulang menimbulkan energi. Energi ini berupa energi panas. Maka wajar jika setelah kerokan banyak diantara kita yang merasakan sensasi hangat dan tenang.

Rasa hangat yang tenang ini ternyata karena aliran darah kita yang tersumbat mulai lancar mengalir sehingga mengurangi nyeri otot dan pegal-pegal. Layaknya terkena morfin atau zat penenang, tubuh merasakan kesegaran setelahnya. Tekanan dan gesekan yang dihasilkan oleh kerokan mampu mencapai jaringan endotel, jaringan yang berada di bagian terdalam pembuluh darah kita. Sehingga tubuh dapat memproduksi beta endorphin. Beta endorphinadalah morfin yang diproduksi secara alami oleh tubuh kita yang akan keluar ketika kita sedang kerokan. Menjadikan tubuh terasa lebih tenang.

Sensasi hangat ini selain karena gerakan kerokan yang berulang-ulang, juga mampu dibangkitkan karena faktor olesan yang digunakan. Aroma dari olesan untuk kerokan ternyata juga mempengaruhi indra penciuman kita sehingga membuat kita menjadi lebih rileks. Di era sekarang kerokan sudah tidak lagi menggunakan minyak tanah, atau minyak goreng. Anak muda jaman now menyebut kerokan dengan releasing "wind" from the body thru a coin drawn across the skin's surface. Pilihlah olesan yang berkualitas dan bermanfaat bagi tubuh kita. Jujur setiap kali kerokan saya selalu menggunakan olesan yang legendaris dan sudah digunakan sejak jaman simbah yaitu balsem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun