Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Masukan untuk Rubrikasi Kompasiana

25 September 2013   10:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:25 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan Kompasiana.com semasa menerima penghargaan WAN-IFRA, 2010. (indonesiaproud.wordpress.com)

[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="Tampilan Kompasiana.com semasa menerima penghargaan WAN-IFRA, 2010. (indonesiaproud.wordpress.com)"][/caption] Sebenarnya tampilan rubrikasi Kompasiana sekarang sudah bagus, pemilahannya sudah terarah dan mudah dimengerti. Tapi untuk penggunaan yang lebih efektif di masa mendatang -khususnya menyambut momentum-momentum publik yang semakin dekat--, Kompasiana sebagai media publik juga harus menyiapkan diri. Saya melihat ada beberapa hal yang perlu digeser, disunting, dan dibuatkan lahan baru agar penggunaan rubrik semakin rapi. Masalah yang saya lihat di rubrikasi Kompasiana sejauh ada beberapa. Yang paling nampak mungkin kesan ada rubrik-rubrik yang "laris" dan ada yang "sepi" bahkan cenderung tidak dilirik. Masalah lain terjadi ketika ada dua-tiga berita yang sama pentingnya, akan tetapi yang tertayang lama hanyalah satu, lantaran dua lainnya berada di rubrik yang sama. Sama diketahui, di halaman depan terdapat judul-judul tulisan dilengkapi gambar ilustrasi (thumbnail) untuk yang bertengger di headline dan belum tergantikan. Sementara tulisan-tulisan lain di rubrik yang sama, bergeser tenggelam seiring masuknya tulisan-tulisan baru. Padahal, tidak semua pengguna mau bersusah-payah membuka laman rubrik di mana semua tulisan di sana bertema sama. Untuk pembaruan yang saya maksud di atas, berikut beberapa inti masalah serta solusi yang saya jadikan masukan: Admin perlu mengevaluasi lagi rubrikasi. Rubrik-rubrik yang sekiranya berpotensi menampung berita tumpang tindih bisa diurai menjadi dua rubrik secara lebih spesifik. Saya menandai khusus sub-rubrik HUKUM yang masih terjepit di bawah rubrik POLITIK. Karena tidak sedikit juga yang menulis tentang hukum, baiknya HUKUM dijadikan rubrik baru saja, bisa pakai nama KUMHAM (Hukum dan Hak Azasi Manusia) atau apapun yang sesuai. Ini saya dasarkan pada argumen bahwa masalah hukum sejatinya tidak bisa digabung dengan ihwal politik. Kedua, jelang tahun penting Pemilihan Umum 2014 -yang sekarang sudah semakain ramai diskusinya, Kompasiana perlu sebuah kanal atau setidak-tidaknya kamar diskusi khusus politik yang memang lebih banyak membahas tokoh-tokoh dan isu-isu pemilu. Ini sekaligus mengakomodasi berbagai kritik pengguna yang menyoroti terlalu banyaknya tulisan-tulisan politik yang "merebut" kotak headline dan TEREKOMENDASI sementara tulisan-tulisan lain terpinggirkan. Dengan kanal khusus (minimal seperti kanal khusus Jakarta itu), konten khusus Pemilu dan Politik luas di Kompasiana bisa tertampung dalam ruang diskusi khusus, dan tidak terlalu menyesaki halaman depan secara tidak berimbang. Entahlah, untuk kebijakan ini mungkin admin masih menunggu "kode" dari redaksi di Kompas.com. Selain itu, sudah saatnya admin lebih jeli melihat potensi tiap rubrik yang ada sekarang. Rubrik-rubrik yang sudah tidak efektif lagi seperti English di halaman depan (yang jika di laman dashboard termasuk kategori jenis tulisan) dihilangkan saja. Rubrik satu ini kesannya hanya menjadi "barang teronggok" di halaman depan jika jumlah tulisan headline tidak terganti selama satu sampai dua bulan. Untuk ke depannya, biarlah pengguna yang mau memuat tulisan berbahasa Inggris memilih ENG dalam kategorisasi dashboard, tanpa kategori ini menjadi rubrik. Lagipula, "English" itu bukanlah isu seperti halnya lifestyle dan ekonomi. Rubrik yang menurut saya perlu dihapus adalah MUDA. Mengapa? Walaupun ini sebetulnya isu lama, tapi saya mengira lahirnya MUDA sebagai rubrik di Kompasiana ini awalnya mengikuti inisiasi kanal Kompas Muda di versi cetak dan sekarang giat sebagai wadah pelatihan jurnalistik grup KG. Di Kompasiana, MUDA sulit dimengerti sebagai rubrik. Buktinya, tulisan-tulisan di dalam MUDA sebetulnya bisa melalang buana di banyak rubrik yang lebih spesifik: politik, humaniora, bahkan olahraga. Kalau mau dipertahankan, saya mengusulkan rubrik MUDA ini disunting jadi rubrik INOVASI saja. Selama ini ada banyak ide opini dan liputan warga yang mengangkat inovasi di bidang produk atau sosial tapi jarang diangkat headline. Atau bisa juga jadi KREATIF, biar rubrik ini hidup sebagai dirinya sendiri. Lebih spesifik. Kompasiana juga perlu menghidupkan kembali minat penggunanya menayangkan REPORTASE ketimbang OPINI. Sebagai media warga, Kompasiana tidak ada bedanya dengan blog-blog publik pesaingnya yang kini mulai menjamur itu jika hanya lebih banyak memuat opini ketimbang kategori REPORTASE yang sempat memboyong penghargaan jurnalistik tingkat Asia WAN-IFRA 2010 lalu. Baiknya disediakan juga balong (snippet) atau jika memungkinkan, rubrik yang mengarahkan pengguna lebih bergairah menulis reportase. Bisa dalam bentuk kategori FEATURE (berita kisah) yang banyak diajarkan oleh Kang Pepih itu. Sebagai alternatif, bisa juga dengan hidupkan kembali laman BLOGSHOPTIPS yang dulu sangat ramai itu, dibuat lebih rasa jurnalisme begitu. Admin bisa juga menampilkan tweet #Kompasianer yang berisi muatan berita pendek, di halaman utama. Itu jika server memungkinkan, sih. Setiap lomba yang diadakan dan meminta tulisan blog, Kompasiana bisa sedikit "paksakan" untuk menyaratkan tulisan reportase saja, bukan opini apalagi fiksi. Reportase kan tidak harus hard news, sekaligus menghidupkan ilmu feature di atas. Ada banyak hal di Kompasiana yang dulu bagus tapi sekarang dihilangkan. Admin tidak ada sosialisasi juga jadi pengguna mengira-ngira sendiri. Ada baiknya jika setiap perubahan tampilan, cara kerja laman, ataupun rubrikasi nantinya disosialisasikan lewat akun admin atau catatan publikasi yang sekarang banyak memuat tawaran lomba itu. Dulu layanan LETTER TO ADMIN begitu ramai, entah sekarang. Juga sempat ada fitur ARSIPKAN TULISAN dan BACA NANTI yang sekarang hilang entah ke mana tombol-tombol itu. Jika ini semua bisa diatasi minimal ditransparankan, pengguna menjadi jelas tentang setiap perubahan dan kekurangan. Termasuk juga, mengkritisi hal-hal yang walaupun kecil namun penting, semisal tahun hak cipta di ujung bawah laman yang masih mencantumkan © 2008 - 2011 itu. Oh ya. Apakah sekarang Kompasiana sedang mengaktifkan fitur "GUEST USER" ya? Saat pengguna tidak sedang login, dan ingin berkomentar, tetap masuk ya, komentarnya. Kalau dulu ini tidak bisa dan malah ada jendela pop up menuliskan "Silakan Login untuk berkomentar". Sekarang itu tidak ada lagi, komentar muncul begitu saja dan nama profil pengguna berubah menjadi Guest User di komentar tertayang. Ada kekurangannya lho, yang beginian. Semoga Kompasiana tidak berhenti berbenah, biar semangat yang muncul sejak 2009 itu terpelihara dalam jangka panjang. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun