A. Pengertian pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Pembangunan dan pertumbuhan merupakan dua hal yang berbeda. Pertumbuhan Ekonomi berkaitan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan Pembangunan memiliki makna yang lebih luas. Peningkatan produksi merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Selain peningkatan produksi (produkctive resources) dintara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
B. Teori Pertmbuhan Ekonomi Linear
1.Teori Adam Smith
Adam Smith sering kali disebut sebagai "bapak" dari ilmu ekonomi modern. Dia sebenarnya lebih dikenal dengan Teori Nilai yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Dalam bukunya yang monumental "An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations", dapat dilihat tema pokoknya mengenai bagaimana perekonomian kapitalis tumbuh.
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan tahap perindustrian. Menurut teori ini masyarakat bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input (masukan) bagi proses produksi. Dalam upaya meningkatkan produktivitas teanaga kerja diperlukan pembagian kerja. Spesialisasi yang dilakukan oleh setiappelaku ekonomi tidak lepas dari faktor-faktor pendorong seperti: 1) peningkatan keterampilan kerja, dan 2) penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap pembangunan ekonmi telah menuju ke sistem perekonomian modern yang kapitalis.
Menurut Adam Smith, sumber-sumber alam merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimal bagi pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan maka pertumbuhan ekonomi masih tetap bisa ditingkatkan. Selanjutnya unsur jumlah penduduk dan stok kapital menentukan besarnya output masyarakat dari tahun ke tahun. Tetapi apabila output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan (dieksploitasi) hingga batas ketersediaannya. Tingkat ketersediaan sumber daya alam ini akan menjadi batas atas dari pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti pertumbuhan output dan pertumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini dicapai.
Unsur yang kedua adalah sumber daya manusia atau jumlah penduduk. Dalam proses pertumbuhan output, unsur ini dianggap mempunyai peranan pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja. Misalnya apabila stok kapital yang tersedia membutuhkan pekerja 1 juta orang untuk menggunakannya, sementara jumlah tenaga kerja yang tersedia hanya 900 ribu orang maka jumlah penduduk yang akan menempati pekerjaan itu akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja yang tersedia akhirnya akan mencapai 1 juta orang.
Unsur produksi yang ketiga yaitu stok kapital, yang secara aktif menentukan output. Smith memang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan tingkat output tergantung pada apa yang terjadi pada stok kapital. Di samping itu laju pertumbuhan output juga tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital. Pertumbuhan itu akan terus melaju hingga akan dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam dan dukungan sumber daya manusia yang terampil. Peranan modal dalam teori pertumbuhan menempati posisi sentral yang biasanya terakumulasi melalui tabungan. Akumulasi kapital menurut Smith tidak dapat dilepaskan dari perluasan pasar. Pasar merupakan tempat untuk mendistribusikan hasil produksi. Cakupan pasar memiliki pengaruh yang sangat luas bagi pemasaran hasil produksi. Dengan demikian, pada gilirannya maka pasar berpengaruh pula terhadap perolehan laba, yang berarti kemungkinan mengakumulasi kapital menjadi semakin besar. Berdasarkan arti pentingnya pasar dalam proses akumulasi kapital maka Smith secara khusus menunjuk bahwa potensi pasar akan dapat dicapai secara maksimalhanya bila, setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pertukaran dalam kegiatan ekonominya.
Menurut Adam Smith proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan tekonologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar, hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi semakin pesat.
Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonmi yang ada.
Semua tahap pembangunan tersebut tidak terlepas dar kondisi dasar, yaitu bahwa pasar yang dihadapi adalah persaingan sempurna, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.Ada banyak penjual dan pembeli di pasar
2.Produk yang dijual bersifat homongen
3.Tidak ada kolusi antara penjual maupun pembeli
4.Semua sumber daya memiliki mobilitas sempurna
5.Pembeli dan penjual memiliki informasi sempurna mengenai kondisi pasar
2. Teori David Ricardo
Pengembangan teori pertumbuhan oleh David Richardo berupa penjabaran di mana model pertumbuhan menjadi lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak dapat bertambah sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisis mengenai distribusi pendapatan (berdasarkan teori Ricardo yang terkenal itu) dalam penjabaran mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor pertanian di antara sektorsektor lain dalam proses pertumbuhan.
Keterbatasan faktor produksi tanah (yang dapat ditafsirkan sebagai keterbatasan sumber-sumber alam) akan membatasi ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya dapat tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh ketersediaan sumber-sumber alamnya. Apabila potensi sumber-sumber alam ini telah dieksploitasi secara penuh maka perekonomian mencapai posisi stasionernya, dengan ciri-ciri:
a.Tingkat output (GDP) konstan (berhenti berkembang)
b.Jumlah penduduk konstan (berhenti bertambah)
c.A) dan b) bersama-sama, yang berarti pendapatan per kapita konstan,
d.Tingkat upah berada pada tingkat upah alamiah (minimal)
e.Akumulasi kapital berhenti (stok kapital konstan), dan
f.Tingkat sewa tanah maksimal.
3. Teori Malthus
Malthus berpendapat bahwa tidak menjadi jaminan kalau pertambahan penduduk secara kuantitatif akan berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan. Malthus membeberkan sejumlah faktor kendala terhadap kelangsungan pertumbuhan. Bertambahnya jumlah penduduk secara kuantitatif sekali-kali tidak menjadi jaminan bahwa pendapatan realnya juga akan meningkat dengan sepadan. Pertambahan penduduk hanya mendukung pertumbuhan terhadap tata susunan ekonomi, apabila perkembangan ekonomi dapat meningkatkan daya beli real (permintaan efektif) masyarakat secara menyeluruh. Barulah, dalam keadaan demikian maka akan terlaksana akumulasi modal sebagai ciri pokok dalam proses pertumbuhan, sekaligus juga akan menimbulkan permintaan akan tenaga kerja. Kendala terhadap perkembangan tersebut oleh Malthus diungkapkan dalam teorinya mengenai ketidakmampuan untuk berkonsumsi secara memadai (theory of underconsumption).
C. Teori Pembangunan
 Karl Marx
Karl Marx dalam bukunya Das Kapital membagi evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yaitu dimulai dari feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan yang dilaksanakan. Masyarakat feodalisme mencermikan kondisi dimana perekonomian yang ada masih bersifat tradisional. Karl Marx memandang buruh sebagai salah satu input dalam proses produksi, artinya buruh tidak memiliki posisi tawar sama sekali terhadap para majikannya yang kapitalis. Konsekuensi penggunaan asumsi dasar tersebut adalah kemungkinan terjadinya eksploitasi buruh secara besar-besaran. Dengan demikian pemupukan modal menjadi kata kunci bagi peningkatan pendapatan yang lebih besar di masa mendatang.
Dalam gagasannya mengenai konsep materialisme historis, Marx mengungkapkan bahwa aktivitas produktif manusia merupakan kunci untuk menganalisis kehidupan manusia. Hal inilah yang menjadi substansi masyarakat kapitalis, yaitu bahwa seluruh masyarakat harus membuat diri mereka produktif dari tahun ke tahun. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat terikat dalam produksi yang bersifat materi. Para kapitalis merupakan pihak yang memiliki posisi tawar tertinggi, sedangkan kaum buruh hanya dapat menjual tenaganya kepada majikan sebagai satu input dalam proses produksi. Maka, terjadilah eksploitasi besar-besaran terhadap kaum buruh. Pada masa itu modal merupakan kunci untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI