Mohon tunggu...
afri meldam
afri meldam Mohon Tunggu... Freelancer - penyuka jengkol, ikan segar, dan rempah

Lahir di sebuah desa kecil di pedalaman Sumatra. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan mandi di sungai dan bermain lumpur di sawah. Mempunyai ikatan dengan ikan-ikan. Kini tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tentang Awak Kabin dan Barang Bawaan Pesawat Terbang

4 November 2017   17:19 Diperbarui: 7 November 2017   12:11 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: AFRI MELDAM

Ini sebenarnya masalah klasik dalam industri penerbangan komersial. Kami, para awak kabin, hampir dipastikan setiap hari berhadapan dengan penumpang yang mungkin atas ketidaktahuan mereka sering menyalahkan awak kabin terkait barang bawaan yang diangkut ke dalam kabin pesawat (carry-on baggage). Mulai dari koper yang tidak muat di kompartemen penyimpanan (karena saking gedenya dan 'lolos' dari pengawasan petugas darat), tas-tas 'mahal' yang tak mau jauh dari pangkuan si empunya, hingga boks oleh-oleh yang kadang didesain 'aneh' dan masuk dalam jumlah banyak.

Barang-barang penumpang yang masuk ke kabin ataupun kargo tentu telah memenuhi standar keselamatan dan keamanan penerbangan. Namun, khusus untuk barang bawaan kabin, tetap saja timbul beberapa permasalahan akibat ketidakmengertian penumpang. Pernah melihat penumpang membawa tropi juara entah apa setinggi lebih satu meter dengan diameter yang 'aduhai', dan ybs tidak mau memasukkannya ke kargo? Nah, itu salah contoh.

Untuk itulah perlu rasanya saya memberikan sedikit klarifikasi mengenai persoalan bagasi penumpang serta tugas dan tanggungjawab awak kabin terkait hal tersebut.  Semoga ke depannya para penumpang pesawat udara bisa lebih bijak dan mengerti tentang betapa pentingnya mematuhi aturan yang telah dibuat. Karena di udara, hal-hal yang mungkin dianggap sepele ketika di darat bisa berujung fatal. Masing-masing penumpang diharapkan well-informed dengan aturan-aturan di pesawat terbang, karena ketidaktahuan satu orang bisa berdampak ke penumpang lain dan bisa mengancam keselamatan penerbangan secara keseluruhan.  

Berapa ukuran bagasi yang diperbolehkan di bawa ke kabin?

Masing-masing operator penerbangan mungkin memiliki kebijakan yang berbeda-beda mengenai ukuran 'ideal' bagasi kabin, namun standar yang ditetapkan oleh maskapai seperti Garuda Indonesia adalah bahwa berat barang bawaan tersebut tidak boleh melebihi  7 (tujuh) kilogram saja. Dengan skala matematis: 56 cm x 36 cm x 23 (panjang, tinggi, lebar). Dengan ukuran dan berat tersebut, maka diasumsikan penumpang bisa dan mampu 'mengurus' bagasinya sendiri tanpa harus meminta bantuan dari awak kabin. (Mungkin Anda akan berkomentar, lha terus tugas awak kabin apaan dong kalau nggak membantu penumpang? Tunggu dulu, Mba, Mas, Bapak, Ibu, nanti akan saya jelaskan di bagian tersendiri. Jangan buru-buru emosi begitu)

Bagaimana dengan kenyataan di lapangan? Tentu saja sangat berbeda. Ada memang beberapa penumpang yang menaati aturan ini, namun sialnya 'jatah' mereka pun tak jarang 'diserobot' oleh penumpang lain yang membawa barang bawaan tak sedikit -- yang seharusnya dimasukkan ke kargo.  Anehnya, banyak yang 'ngotot' ketika bagasi kabin mereka tak bisa masuk ke luggage bin dan memaksa ground staff memindahkan barang-barang penumpang lain, asal bagasi mereka bisa masuk. Kejadian ini tak jarang membuat jadwal penerbangan terpaksa delayed.

Siapa yang kemudian disalahkan? Jelas maskapai penerbangan ybs. Padahal ini salah siapa? Anda tentu sudah dewasa untuk bisa menjawabnya sendiri.

Penumpang ekonomi, gayafirst class 

Hal lain yang jamak terjadi terkait bagasi penumpang ini adalah penumpang yang tiba-tiba 'manja' dan 'lemah-tak-berdaya' begitu sampai di kabin. Mereka yang semula tampak berjalan dengan gagah berani dan anggun bak srikandi, entah kenapa langsung berubah 'loyo' dan tak bisa mengurusi bagasinya sendiri. Maka, awak kabin pun dijadikan sasaran "Mas, Mba, tolong dong angketin koper saya." (Iya kalau cara nyuruhnya sopan. Eh, kalau main perintah gimana? Kalau minta tolong trus ninggalin koper dengan gesture minta awak kabinnya yang ngangkat sendiri gimana? Nggak mungkinlah penumpang Indonesia seperti itu, mungkin otak ngeyel Anda berbisik. Lihat dulu kenyataan di lapangan. Banyak orang kita yang karena tiket yang sedikit lebih mahal merasa telah membeli seisi pesawat plus para awak kabinnya. Belinya tiket ekonomi, gayanya malah first class. Begitu tuh kelakuan saudara-saudaramu. Moso iyo? Lha masih ngeyel. Ntar lihat aja ndiri kalau naik pesawat).

Awak kabin tentu akan dengan senang membantu Anda menaikkan koper ke kompartemen, jika memang dirasa Anda memerlukan bantuan. Kami, awak kabin, akan melakukan passenger profiling pada saat boarding, yang salah satu tujuannya adalah untuk memberikan bantuan sesegera mungkin jika dibutuhkan. Apabila Anda bukan seorang lansia, ibu hamil atau menyusui, anak kecil yang bepergian sendiri (unaccompanied minor), difabel, atau sedang sakit-sakitan, alangkah baiknya Anda bertanggungjawab atas barang bawaan Anda sendiri. Malu dong ama badan gede dan fisik yang sempurna itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun