Pagi ini (11/7/2025) terasa berbeda di benak pikiran penulis. Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Penulis pun mengira-ngira dalam pikiran mengenai fenomena alam apa yang terjadi di kota Semarang. Tidak seperti biasanya, penulis merasa harus memakai kaus tudung atau biasa yang dikenal hoodie, supaya menjaga badan agar tetap hangat dan sehat. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kota Semarang akhir-akhir ini ? Mari kita simak dan cermati baik-baik pembahasan di bawah ini.
Penjelasan dari BMKG
Dikutip dari website RADARSEMARANG.ID, menurut Farita Rachmawati, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, menyatakan bahwa suhu dingin yang terjadi baik pada saat malam hari hingga menjelang pagi hari merupakan gejala alam yang bersifat alami saat datangnya musim kemarau.
"Dalam beberapa hari terakhir, cuaca di wilayah Semarang cenderung cerah hingga cerah berawan. Minimnya tutupan awan menyebabkan radiasi panas dari bumi langsung terlepas ke atmosfer tanpa hambatan, sehingga suhu permukaan menjadi lebih dingin, jelas Farita, Rabu (9/7).
BMKG mencatat, minimum suhu di kisaran wilayah bandara Ahmad Yani mencapai 23 derajat celsius, sedangkan di siang hari bisa mencapai hingga 33 derajat celsius.
Fenomena alam apa yang sebenarnya terjadi ?
Gejala dingin yang terjadi pada belakangan ini tidak hanya terjadi di kota Semarang saja, namun dirasakan di seluruh wilayah Jawa Tengah ( Jateng ).
Dicatat dari situs jateng.jpnn.com, SEMARANGÂ dijelaskan mengenai pernyataan BMKG ( Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ) yang menyebutkan jika fenomena alam ini disebabkan menguatnya mosun Australia yang memuncak pada musim kemarau.
"Kalau di Jawa Tengah biasa disebut bediding, hawa dingin ini terjadi karena massa udara kering dari monsun Australia mulai menguat," penjelasan dari Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Giyarto kepada JPNN.com, Jum'at (11/7).