Mohon tunggu...
Afif YudiKurniawan
Afif YudiKurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang manusia yang mencoba untuk bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dalam Ketidakidealan Dunia Tetap Berjalan

24 Oktober 2023   12:52 Diperbarui: 24 Oktober 2023   12:59 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kehidupan yang ideal manjadi mimpi semua umat manusia. Kedamaian dan kebahagiaan, kesetaraan, kemakmuran, kehidupan yang adil dan demokratis, bahkan sampai pada kehidupan yang berkelanjutan dan harmonis dengan alam -- itu semua adalah kehidupan ideal yang dimimpikan umat manusia. Namun, idealitas kemudian dibenturkan secara gamblang dengan realitas.

Ralitasnya tidak ada kehidupan yang ideal. Konflik dan perang, ketidaksetaraan, kesenjangan sosial, ketidakmakmuran, ketidakadilan, keserakahan -- itu semua adalah realitasnya. Dari realitas yang ada, dunia tetap berjalan. Dari ketidakidealan yang ada, dunia tetap berjalan. Dunia tidak tiba-tiba berhenti ketika di belahan dunia lain terjadi konflik dan perang. Dunia tidak tiba-tiba berhenti ketika di belahan dunia lain terjadi kelaparan, ketidakadilan, ketidaksetaraan, diskriminasi -- ya, dunia tidak tiba-tiba mandek. Bahkan pada saat kamu bersedih, galau, kecewa, juga tidak akan membuat dunia tiba-tiba berhenti seketika. 

Atau memang, hanya dengan seperti itulah cara dunia bekerja? Ya, sepertinya dunia akan tetap berjalan ketika terjadi ketidakidealan. Dalam ketidakidealan lahir keunikan dan keanekaragaman. Dalam ketidakidealan kemudian lahir kerealistisan.

kemudian, pertanyaan yang muncul, apakah kehidupan yang ideal itu tidak ada dan tidak mungkin terjadi? Jawabannya adalah ada dan mungkin. Ketidakmungkingan itu mungkin, apalagi kemungkinan itu sendiri.

Ada satu hal yang menarik ketika menyoal tentang ketidakidealan, yakni perspektif atau sudut pandang. Perspektif atau sudut pandang yang membuat ada dan memungkinkan kemungkinan idealitas itu terjadi.

Ada sebuah perspektif yang mengatakan bahwa ada seorang ibu yang sedang melahirkan ketika ada orang yang mati di belahan dunia yang lain pada saat yang bersamaan adalah sebuah bentuk kehidupan yang ideal.  Terjadi juga, pada saat satu sisi dunia terjadi perang besar, pada waktu yang sama juga terjadi kedamaian yang amat damai dibelahan dunia lain. Ada seorang pemimpin yang dinobatkan menjadi pemimpin ideal untuk memimpin negaranya ketika ada pimimpin yang didemo habis-habisan kerena ketidakidealan dalam masa kepemimpinannya. Peristiwa-peristiwa tersebutlah yang kemudian menjadi dasar anggapan bahwa ketidakidealan ternyata yang paling ideal.

Dalam kasus yang terakhir, terkait dengan pemimpin yang ideal, apakah pemimpin ideal itu ada? Ya, tahun ini negara kita, Indonesia memasuki tahun politik. Kita memasuki tahun pesta demokrasi untuk memilih presiden dan wakil presiden untuk masa jabatan 2024 -- 2029. Penting untuk kita bisa memilih pemimpin yang tepat berdasar pada idealitas dan realitas. Patut kita nantikan, dari beberapa kandidat apakah ada sosok pemimpin ideal atau kalau mau tidak muluk-muluk mungkin mendekati ideal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun