Mohon tunggu...
Afies Rudit Setyono
Afies Rudit Setyono Mohon Tunggu... Teacher yang suka menulis dan membaca apa saja

Membaca dan Menulis adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa itu Sekolah Ramah Anak ?

29 Agustus 2025   09:20 Diperbarui: 29 Agustus 2025   09:20 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.radioidola.com/wp-content/uploads/2020/01/2020-01-22_Sekolah-Ramah-Anak.jpg

Sekolah ramah anak adalah lembaga pendidikan yang berorientasi pada hak-hak anak sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak PBB. Konsep ini mencakup beberapa aspek kunci, yaitu:

  1. Lingkungan yang Aman dan Sehat: Ini meliputi keamanan fisik di area sekolah, ketersediaan sanitasi yang layak, dan kebersihan. Sekolah harus menjadi tempat yang terhindar dari bahaya fisik maupun psikologis.
  2. Partisipasi Anak: Siswa diberi ruang untuk menyampaikan pendapat dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan mereka, seperti aturan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, atau penataan ruang kelas.
  3. Pendidik yang Berempati: Guru dan staf sekolah harus memiliki pendekatan yang positif, suportif, dan tidak menghakimi. Mereka berperan sebagai fasilitator yang membantu anak-anak berkembang, bukan sekadar mentransfer pengetahuan.
  4. Kurikulum yang Relevan: Pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan anak, tidak hanya berfokus pada nilai akademis tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial.
  5. Perlindungan dari Kekerasan: Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas dan efektif untuk mencegah dan menangani kasus kekerasan, baik yang dilakukan oleh sesama siswa maupun oleh guru.

Kajian Para Ahli tentang Sekolah Ramah Anak

Konsep sekolah ramah anak telah menjadi fokus perhatian berbagai ahli pendidikan dan psikologi. Berikut adalah beberapa pandangan mereka yang relevan:

  1. Pandangan UNICEF: UNICEF (Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa) adalah salah satu lembaga yang paling gencar mengadvokasi sekolah ramah anak. Menurut mereka, sekolah yang ramah anak adalah sekolah yang "aman, sehat, bersih, hijau, dan menyenangkan". UNICEF juga menekankan pentingnya sekolah sebagai agen perubahan sosial yang dapat mempromosikan perdamaian, toleransi, dan hak asasi manusia. Mereka berpendapat bahwa investasi pada sekolah ramah anak adalah investasi pada masa depan bangsa.
  2. Perspektif Psikologis (Berdasarkan Teori Perkembangan): Psikolog seperti Jean Piaget dan Lev Vygotsky menunjukkan bahwa lingkungan sosial memainkan peran krusial dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Sekolah yang ramah anak, yang menyediakan interaksi positif dan kolaborasi, memungkinkan anak untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia dan mengembangkan keterampilan sosial yang esensial. Teori Abraham Maslow tentang Hierarki Kebutuhan juga sangat relevan. Sebelum anak dapat mencapai potensi akademis (aktualisasi diri), kebutuhan dasar mereka akan rasa aman dan kasih sayang harus terpenuhi terlebih dahulu. Sekolah ramah anak secara langsung memenuhi kebutuhan ini.
  3. Perspektif Pendidikan (John Dewey): Filsuf pendidikan John Dewey memandang sekolah sebagai "laboratorium" untuk kehidupan. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus berbasis pengalaman dan relevan dengan kehidupan nyata anak. Sekolah ramah anak sejalan dengan pandangan ini, di mana pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas tetapi juga melalui interaksi sosial, penyelesaian masalah, dan partisipasi dalam komunitas sekolah. Dewey juga menekankan pentingnya guru yang memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan individu siswa.

Langkah-langkah Praktis untuk Mewujudkan Sekolah Ramah Anak

Mewujudkan sekolah ramah anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi dapat dicapai melalui upaya bersama dari semua pihak.

  • Pelatihan Guru dan Staf: Sediakan pelatihan rutin tentang psikologi anak, manajemen kelas yang positif, dan penanganan kasus kekerasan.
  • Partisipasi Aktif Siswa: Bentuklah forum atau dewan siswa di mana mereka dapat menyuarakan aspirasi dan ide-ide mereka. Libatkan mereka dalam merumuskan peraturan sekolah.
  • Kolaborasi dengan Orang Tua: Jalin komunikasi yang erat dengan orang tua untuk memastikan lingkungan yang suportif di sekolah maupun di rumah.
  • Membangun Budaya Positif: Promosikan nilai-nilai seperti toleransi, empati, dan saling menghormati melalui kegiatan sehari-hari di sekolah.
  • Perlindungan dan Penanganan Kasus: Susun prosedur yang jelas dan transparan untuk melaporkan dan menangani kasus kekerasan atau perundungan, dengan menjaga kerahasiaan dan privasi anak.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, sekolah dapat bertransformasi menjadi tempat yang tidak hanya mendidik pikiran, tetapi juga memelihara jiwa. Hal ini akan membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, berempati, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun