Selain itu, kerja sama dengan pengembang aplikasi Qur'an digital sangat diperlukan. Dengan dukungan teknis dan konten yang sesuai konteks lokal, aplikasi akan semakin relevan dengan kebutuhan siswa di pedesaan.
Pemerintah daerah pun punya peran penting. Penyediaan internet murah, pelatihan literasi digital, hingga insentif bagi sekolah yang berinovasi akan menentukan masa depan program serupa.
Mengaji di Era Digital: Antara Tradisi dan Inovasi
Pada akhirnya, program di Yosowilangun ini menjadi bukti bahwa mengaji tidak harus ketinggalan zaman. Justru dengan menggabungkan tradisi (seperti talaqqi dan halaqah) dengan inovasi digital, pembelajaran agama bisa lebih dekat dengan dunia anak-anak hari ini.
Ke depan, program semacam ini berpotensi menjadi model nasional: menghadirkan generasi muda yang religius, cerdas, dan melek teknologi. Sebuah generasi yang tidak hanya fasih membaca Al-Qur'an, tetapi juga mampu menjadikan nilai-nilai di dalamnya sebagai pedoman hidup di tengah derasnya arus digitalisasi.
Yosowilangun telah membuktikan bahwa dengan sedikit kreativitas, keberanian berinovasi, dan kerja sama lintas pihak, mengaji bisa kembali menjadi aktivitas yang dicintai anak-anak. Kini, tinggal menunggu siapa yang akan menyalakan obor serupa di daerah lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI